Kajian Aktivitas Enzim Hidrolisis Sukrosa dan Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Mutan Generasi Kedua
Abstract
Produksi gula nasional yang semakin menurun menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan kebutuhan konsumsi gula masyarakat Indonesia. Penyebab tidak terpenuhinya produksi gula untuk masyarakat tersebut terjadi karena rendemen yang dihasilkan rendah yang diakibatkan oleh adanya reaksi inversi. Perakitan tebu mutasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan rendemen tebu sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gula nasional. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya diperoleh hasil sukrosa tebu mutan varietas PS 862 mencapai 138,67 mg/g, sedangkan kandungan sukrosa pada tebu kontrol hanya 98,29 mg/g. Sehingga percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan sukrosa, gula reduksi dan aktivitas enzim invertase pada daun tebu mutan kedua.
Percobaan ini dilakukan di Green house Fakultas Pertanian, Universitas Jember mulai bulan Januari – Juni 2016. Analisis aktivitas enzim penghidrolisis sukrosa, kandungan sukrosa dan gula reduksi pada daun tanaman tebu dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jember. Penelitian menggunakan 5 genotip tebu varietas PS 862 dengan 4 genotip tebu mutan dan 1 genotip tebu non mutan. Genotip batang tebu yang akan dijadikan sebagai bahan tanam terdiri dari genotip tebu dengan kandungan sukrosa 13,69% (G1), genotip tebu dengan kandungan sukrosa 11,89% (G2), genotip tebu dengan kandungan sukrosa 12,67% (G3), genotip tebu dengan kandungan sukrosa 13,87% (G4) dan 1 genotip tebu non mutan (kontrol) (G0). Masing-masing genotip diambil 4 ruas untuk ditanam kembali sehingga total unit percobaan sebanyak 20 unit.
Pengamatan dan pengambilan sampel daun dilakukan pada saat tanaman telah berumur 5 bulan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan genotip tebu mutan G4 memiliki rata-rata tinggi tanaman yang cenderung lebih tinggi
ix
dibandingkan dengan genotip tebu non mutan yaitu 291,25 cm. Rata-rata jumlah anakan tanaman tebu mutan G3 memiliki rata-rata jumlah anakan yang cenderung lebih banyak dibandingkan dengan genotip tebu tanaman non mutan yaitu 10 batang. Pengamatan paramater jumlah ruas menunjukkan tanaman tebu mutan genotip G2 memiliki rata-rata jumlah ruas yang cenderung lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata jumlah ruas tanaman tebu non mutan yaitu 15,75 ruas. Parameter diameter batang tanaman tebu mutan genotip G2 memiliki rata-rata diameter batang yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan rata-rata diameter batanag tanaman tebu non mutan yaitu 1,23 cm.
Selain pengamatan pertumbuhan tanaman, pengamatan terhadap aktivitas biokimia juga dilakukan. Pengamatan aktivitas enzim alkaline invertase menunjukkan bahwa rata-rata kandungan enzim alkaline invertase pada tanaman tebu genotip G0 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata aktivitas enzim alkaline invertase daun tanaman tebu mutan yaitu 25,50 mg GR/ 0,0046 mg protein / 20 menit. Sama halnya dengan aktivitas enzim alkaline invertase, aktivitas enzim acid invertase dan aktivitas enzim neutral invertase menunjukkan rata-rata daun tanaman tebu non mutan memiliki aktivtas enzim yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tebu mutan yaitu 26,30 mg GR/ 0,0046 mg protein/ 20 untuk acid invertase dan 25,82 mg GR/ 0,0046 mg protein/ 20 menit untuk alkaline invertase.
Pengamatan kandungan sukrosa dan gula reduksi daun dilakukan pada saat tanaman tebu telah berumur 5 bulan. Hasil pengamatan menunjukkan keragaman kandungan sukrosa dan gula reduksi pada daun tanaman tebu. Genotip tebu non mutan memiliki kandungan gula reduksi dan sukrosa daun yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan gula reduksi dan sukrosa daun tanaman tebu mutan yaitu 8,26 mg/g dan 1,22 mg/g.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]