• Login
    View Item 
    •   Home
    • UNDERGRADUATE THESES (Koleksi Skripsi Sarjana)
    • UT-Faculty of Social and Political Sciences
    • View Item
    •   Home
    • UNDERGRADUATE THESES (Koleksi Skripsi Sarjana)
    • UT-Faculty of Social and Political Sciences
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    REPRESENTASI SOSIAL BUDAYA ATAS EKSISTENSI MUALLAF DALAM NOVEL IF I SHOULD SPEAK

    Thumbnail
    View/Open
    Lia Vebrianty Amura - 060910302162_1.pdf (84.78Kb)
    Date
    2013-12-11
    Author
    LIA VEBRIANTY AMURA
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Globalisasi yang menimbulkan krisis multidimensional telah mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia berupa krisis identitas dalam diri individu, kelompok dan masyarakat. Keterjebakan dalam pola hidup yang serba praktis bahkan pragmatis, pengabaian orientasi ukhrawi (akhirat) dan hanya berorientasi duniawi, telah semakin menyeret manusia ke dalam kubangan kerakusan, ketamakan, keserakahan, dan kesombongan. Akar-akar nilai dan keyakinan semakin tercerabut dari jiwa manusia, bahkan akhirnya manusia hidup semata-mata mengejar sesuatu yang bercorak pragmatis. Manusia diciptakan dengan kemampuan intelektualnya yang membedakannya dengan makhluk hidup lain. Manusia dibekali dengan akal pikiran sehingga ia menyadari keberadaannya dan menjadi cemas akan keterbatasan dan ketiadaan. Keberadaan yang disebabkan oleh kecemasan inilah yang menjadi perhatian eksistensialisme. Eksistensialisme mencoba mengembalikan persoalan pada eksistensinya, dimana titik sentralnya adalah manusia. Eksistensi pada manusia adalah cara manusia berada di dunia ini. Eksistensi dapat dimunculkan di mana saja termasuk dalam seni dan filsafat. Eksistensi dalam filsafat yakni tujuan dari filsafat itu sendiri yang bukanlah merupakan ilmu pengetahuan melainkan pencarian suatu citra manusia, di mana manusia memiliki visi dalam hidupnya yang dapat dipertanggung-jawabkan. Filsafat bermaksud agar “aku” mengenal kembali dirinya dalam semua yang diajarkan mengenai hidup manusia. Sedangkan dalam seni, seperti yang kita ketahui bahwa seni adalah jiwa, perasaan hati yang diungkapkan. Dimana seorang seniman tidak hanya mengungkapkan perasaannya sendiri tetapi juga menyangkut apa yang ia ketahui tentang perasaan manusia. Seni juga merupakan perwujudan nilai-nilai, di mana seniman menyampaikan sikap penilaiannya lewat karya-karyanya pada orang lain. Oleh karena itu, merupakan suatu hal yang menarik bila kita dapat mengungkapkan nilai/makna suatu karya seni, misalnya karya seni sastra. Sastra dapat dikatakan sebagai cerminan masyarakat, tetapi tidak berarti struktur masyarakat seluruhnya tergambarkan dalam sastra, yang didapat di dalamnya adalah gambaran masalah masyarakat secara umum ditinjau dari sudut lingkungan tertentu yang terbatas dan berperan sebagai mikrokosmos sosial, seperti lingkungan bangsawan, penguasa, gelandangan, rakyat jelata, dan sebagainya. Sastra sebagai gambaran masyarakat bukan berarti karya sastra tersebut menggambarkan keseluruhan warna dan rupa masyarakat yang ada pada masa tertentu dengan permasalahan tertentu pula. Novel merupakan salah satu di antara bentuk sastra yang paling peka terhadap cerminan masyarakat. Dilihat dari segi penggunaan bahasanya, yaitu bentuk konotatif dan metaforis, novel juga merupakan genre yang tepat untuk menyajikan masalahmasalah sosial dengan berbagai dimensinya. Penelitian yang berjudul Representasi Sosial Budaya atas Eksistensi Muallaf dalam Novel If I Should Speak ini bertujuan untuk untuk menemukan bagaimana representasi sosial budaya atas eksistensi muallaf dalam novel If I Should Speak . Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang berpangkal pada interpretasi terhadap teks. Adapun metode analisis yang digunakan untuk melakukan analisis yaitu dengan menggunakan model analisis wacana dari Teun A. van Dijk. Metode analisis yang digunakan agar dapat mencapai makna yang ingin digali oleh penulis. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa dalam novel ini pengarang menggambarkan dengan jelas adanya stigma buruk tentang agama Islam yang digambarkan media bahwa ajaran Islam menindas perempuan dan jihad itu identik dengan terorisme. Karena stigma inilah muncul Islamphobia di manamana. Warga muslim dijauhi, dikucilkan, dan bahkan diperlakukan secara tidak adil oleh warga non-Muslim.
    URI
    http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/8029
    Collections
    • UT-Faculty of Social and Political Sciences [5676]

    UPA-TIK Copyright © 2024  Library University of Jember
    Contact Us | Send Feedback

    Indonesia DSpace Group :

    University of Jember Repository
    IPB University Scientific Repository
    UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
     

     

    Browse

    All of RepositoryCommunities & CollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

    My Account

    LoginRegister

    Context

    Edit this item

    UPA-TIK Copyright © 2024  Library University of Jember
    Contact Us | Send Feedback

    Indonesia DSpace Group :

    University of Jember Repository
    IPB University Scientific Repository
    UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository