POTENSI LAJU INFILTRASI DI SALURAN BAKU KALI PATIRANA, CURAHDAMI, DAN KRASAK DAS SAMPEAN BARU KABUPATEN BONDOWOSO
Abstract
Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan mahkluk
hidup. Keberadaan air di bumi sangat terkait dengan adanya siklus hidrologi. Salah
satu upaya pemenuhan kebutuhan manusia akan sumber daya air, yaitu dengan
perencanaan pengelolaan yang memerlukan data laju infiltrasi. Infiltrasi merupakan
proses masuknya air kedalam tanah secara vertikal melalui permukaan tanah. Proses
infiltrasi merupakan salah satu proses penting dalam siklus hidrologi karena infiltrasi
menentukan besarnya air hujan yang meresap dan masuk ke dalam tanah secara
langsung. Pemahaman mengenai infiltrasi dan laju infiltrasi yang terjadi serta faktor
faktor yang mempengaruhinya sangat diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan
manajemen air dan tata guna lahan yang lebih efektif (Asdak, 2007).
Salah satu metode perhitungan laju infiltrasi yang dapat digunakan adalah
metode Horton. Pada metode infiltrasi Horton, yang pertama kali dilakukan adalah
menentukan parameter-parameternya. Metode infiltrasi Horton mempunyai tiga
paremeter yang menentukan proses infiltrasi dalam tanah yaitu parameter K,
infiltrasi awal (fo) dan infiltrasi konstan (fc). Pengukuran laju infiltrasi dilakukan
secara langsung di lapangan menggunakan double ring infiltrometer dan melakukan
identifikasi secara spasial menggunakan metode Horton. Hasil perhitungan laju
infiltrasi kemudian dipetakan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan
menggunakan metode Interpolasi IDW (Inverse Distance Weighted), sehingga
diketahui peta persebaran laju infiltrasi dan wilayah-wilayah yang memiliki laju
infiltrasi dari yang tinggi sampai rendah di Saluran Baku Kali Patirana, Curahdami,
dan Krasak DAS Sampean Baru.
Hasil perhitungan dan analisis menunjukkan bahwa besarnya laju infiltrasi
pada Saluran Baku Kali Patirana, Curahdami, dan Krasak DAS Sampean Baru
bervariasi, mulai dari laju infiltrasi tertinggi atau kelas sangat cepat terdapat pada
pada titik nomer 11 di Kecamatan Pujer yaitu sebesar 267,560 mm/jam, tata guna lahan sawah irigasi, kelerengan 2 – 15, jenis tanah regosol, dan kelas infiltrasi
terendah pada titik nomer 12 di Kecamatan Curahdami sebesar 10,238 mm/jam, tata guna lahan sawah tadah hujan, kelerengan 2 – 15, jenis tanah latosol, dan kelas
infiltrasi agak lambat.
Hasil peta persebaran laju infiltrasi di Saluran Baku Kali Patirana, Curahdami,
dan Krasak DAS Sampean Baru menunjukkan bahwa luasan pengaruh laju infiltrasi
terbesar terdapat pada kelas infiltrasi sedang, yaitu sebesar 35,01 % atau 780,860
hektar. Sedangkan untuk kelas infiltrasi agak lambat, yaitu sebesar 29,40 % atau
655,716 hektar. Kelas infiltrasi agak cepat, yaitu 28,25 % atau 630,102 hektar, kelas
infiltrasi cepat yaitu 6,69 % atau 149,225 hektar, dan dan sangat cepat 0,662% atau
14,768 hektar. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelas infiltrasi sedang merupakan
dominan di Saluran Baku Kali Patirana, Curahdami, dan Krasak DAS Sampean Baru.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4097]