OPTIMASI KONSENTRASI HIDROKSIPROPIL SELULOSA DAN POLIVINILPIROLIDON DALAM SEDIAAN BUCCAL FILM SIMVASTATIN
Abstract
Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol total, Low
Density Lipoprotein (LDL), atau trigliserida, dan atau penurunan High Density
Lippoprotein (HDL). Obat golongan inhibitor HMG-CoA reduktase adalah obat
pilihan pertama untuk terapi farmakologi hiperlipidemia karena merupakan
monoterapi paling poten sebagai agen penurun LDL dengan biaya efektif (Dipiro et
al., 2008), salah satunya adalah simvastatin. Simvastatin efektif dalam memodifikasi
tingkat LDL, HDL, kolesterol total dan trigliserida. Simvastatin memiliki
kemampuan lebih besar untuk menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar
HDL, serta memiliki beberapa indikasi yang lebih lengkap dibandingkan dengan obat
golongan statin lainnya (Kumar et al., 2014).
Simvastatin dengan rute administrasi peroral memiliki banyak kelemahan
diantaranya mengalami metabolisme lintas pertama di hati yang menyebabkan
bioavailabilitas oral yang sangat rendah yaitu 5% (Kumar et al., 2014) dengan ikatan
protein 95-98%, serta memiliki waktu paruh yang pendek yaitu 2 jam (Dipiro et al.,
2008). Masalah Bioavailabilitas oral yang rendah ini dapat diatasi dengan pemberian
simvastatin melalui rute lain yaitu sistem penghantaran buccal.
Sistem penghantaran buccal merupakan suatu sistem penghantaran obat
melalui mukosa buccal, obat diletakkan diantara gusi dan membran pipi bagian
dalam. Kelebihan rute buccal yaitu dapat digunakan untuk penghantaran obat
sistemik karena jaringannya tervaskularisasi baik dan mukosanya relatif permeabel,
dapat meningkatkan bioavailabilitas obat karena obat tidak mengalami metabolisme
lintas pertama. Sediaan mucoadhesive buccal film dipilih karena bentuknya yang tipis, lebih ringan, dan lebih fleksibel dibandingkan lainnya sehingga nyaman untuk
penggunaan pasien (Repka et al., 2011).
Faktor yang mempengaruhi efektifitas sediaan film yaitu pelepasan obat dan
kekuatan mucoadhesive. Pelepasan simvastatin dan kekuatan mucoadhesive ini
dipengaruhi oleh polimer yang digunakan. Mucoadhesive buccal film memerlukan
polimer yang bersifat mucoadhesive dan memiliki sifat mekanik yang baik (kuat dan
lentur) untuk menghasilkan mucoadhesive buccal film yang baik. Pada penelitian ini
digunakan kombinasi polimer HPC dan PVP dalam sediaan buccal film simvastatin.
Pemilihan penggunaan polimer HPC karena HPC menghasilkan pelepasan obat yang
maksimum dan kekuatan mucoadhesive yang besar (Patel et al., 2011). Kemudian
dilakukan evaluasi yang meliputi organoleptis, keseragaman bobot, keseragaman
ketebalan film, ketahanan lipat, pH permukaan, penentuan recovery simvastatin
dalam sediaan buccal film simvastatin, uji swelling index, uji pelepasan simvastatin
dan uji kekuatan mucoadhesive.
Hasil pengujian kekuatan mucoadhesive menunjukkan nilai kekuatan
FB<F1<FAB<FA dengan nilai kekuatan mucoadhesive berturut-turut yaitu 41,23
gram; 51,03 gram; 57,5 gram dan 73,37 gram. Hasil pelepasan simvastatin
menunjukkan bahwa FB<F1<FAB<FA dengan nilai pelepasan simvastatin berturutturut
yaitu
83,57%;
89,663%; 90,113% dan 95,41%. Hasil dari pengujian kekuatan
mucoadhesive dan pelepasan simvastatin ini kemudian dianalisis dengan
menggunakan software design expert versi 10. Hasil yang ditunjukkan dari analisis
menggunakan software design expert ini yaitu terdapat 6 solusi dengan formula
terpilih FA sebagai formula optimum. Formula optimum FA ini kemudian diuji FTIR
dan uji waktu tinggal mucoadhesive. Hasil uji FTIR menunjukkan bahwa tidak ada
interaksi secara fisika atau kimia antara polimer dan bahan aktif dalam sediaan buccal
film simvastatin. Hasil uji waktu tinggal mucoadhesive menunjukkan bahwa buccal
film formula A dapat menempel pada jaringan buccal kambing selama 186 menit.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]