UNGKAPAN TRADISIONAL MADURA DI KECAMATAN SUKOWONO KABUPATEN JEMBER: BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSINYA
Abstract
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk dan fungsi ungkapan tradisional Madura. Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap analisis data. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan penelaahan terhadap dokumen tertulis. Tahap yang kedua adalah analisis data dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Tahap-tahap dalam menganalisis data pada penelitian ini, adalah (1) pengklasifikasian data, dan (2) mendeskripsikan data. Dalam menganalisis data, hasil analisis tersebut dideskripsikan terutama yang menyangkut diksi, gaya bahasa, bentuk, dan pengklasifikasian fungsi ungkapan tradisional Madura.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai ungkapan tradisional Madura diperoleh lima diksi yang digunakan dalam ungkapan tradisional Madura. Kelima diksi tersebut berbentuk kata konotatif, kata denotatif, kata khusus, akronim, ketepatan dan keserasian diksi.
Gaya bahasa yang digunakan dalam ungkapan tradisional Madura ada empat macam, yaitu, (1) perbandingan, (2) pertentangan, (3) pertautan, (4) perulangan. Pertama, gaya bahasa perbandingan contohnya adalah akanta bhelling kaojhânan (bagaikan kaca terkena hujan). Kedua, gaya bahasa pertentangan contohnya adalah ma‟ cè‟ bhersèna kamarra dhika, bhuceng è man dimman (kamarmu sangat bersih, puntung rokok berserakan). Ketiga, gaya bahasa pertautan, contohnya adalah lomba bâ‟âri‟sèngko‟ ollè pèssè, Doni ollè bherrâs (lomba kemarin saya mendapatkan uang, Doni mendapatkan beras). Keempat, gaya bahasa perulangan, contohnya adalah mator sokalangkong rabuna, mator sokalangkong sadhâjâ (terima kasih kehadirannya, terima kasih semuanya).
Ungkapan tradisional Madura mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menasihati, menyindir, dan memuji. Fungsi ungkapan tradisional Madura untuk menasihati contohnya adalah ta‟ atanè ta‟ atana‟ ta‟ adhâghâng ta‟ adhaghing (tidak bertani bakal tidak memasak, tidak berdagang tidak akan gemuk). Selain itu, ungkapan tradisional Madura juga berfungsi untuk menyindir, contohnya adalah Nyabâ‟ pelappa neng romana Nyambi accem pamolèna Jhâ‟ paloppa dâ‟ aghâmana Odi‟ marem bhân arèna (menaruh bumbu di ruahnya membawa asam ketika pulang jangan lupa pada agama hidup tentram setiap hari). Fungsi ungkapan tradisional Madura yang terakhir adalah untuk memuji, contohnya adalah Né‟-kéné‟ cabbhi lété‟ (kecil-kecil cabai rawit).