HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN DI RSD dr SOEBANDI JEMBER
Abstract
Diabetes melitus (DM) merupakan kondisi metabolik kronik yang ditandai adanya hiperglikemia persisten dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan terkait komplikasi mikrovaskuler ataupun makrovaskuler. Secara garis besar dapat dibedakan menjadi DM tipe 1 dan DM tipe 2 juga ada DM tipe lain (Other specific types) dan diabetes gestasional. DM tipe 1 disebabkan defisiensi insulin akibat destruksi sel-sel β di pankreas yang diperantarai proses autoimun. Pada DM tipe 2, terjadi resistensi insulin, glukoneogenesis di hepar yang berlebihan, dan metabolisme lemak yang terganggu sehingga menyebabkan defisiensi relatif hormon insulin. Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui. Etiologi kecemasan bisa berasal dari faktor biologis dan faktor psikologis. Penderita DM yang menjalani terapi akan mengalami perubahan hidup, mulai dari pengaturan pola makan, kegiatan fisik, dan konsumsi obat untuk mengontrol kadar gula yang akhirnya dapat menimbulkan gangguan emosional seperti stres, cemas, dan depresi. Gangguan ini dapat menjadi masalah kejiwaan dan meningkatkan kejadian komplikasi pada pasien DM. Beberapa faktor sosiologis seperti usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan pendidikan dikatakan dapat mempengaruhi kejadian gangguan emosional terutama kecemasan dan depresi pada pasien DM. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan pada pasien diabetes melitus tipe 2 serta hubungannya dengan usia dan jenis kelamin pasien di RSD dr. Soebandi Jember. Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan individu, masyarakat ataupun institusi untuk melakukan antisipasi dan penanganan dini kecemasan pada pasien diabetes melitus tipe 2. Pada penelitian ini menggunakan objek manusia, sehingga dalam pelaksanaannya akan dilakukan uji kelayakan oleh komisi etik kedokteran. Setelah disetujui oleh komisi etik, peneliti melakukan pelatihan teknik wawancara dengan bimbingan dokter spesialis kedokteran jiwa. Pada saat wawancara peneliti menggunakan alat perekam guna memudahkan penilaian. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang sudah baku dan kuesioner yang harus diuji validitasnya dahulu dengan persetujuan dokter spesialis Kedokteran Jiwa. Pengambilan data dilakukan dengan memberi pertanyaan terbuka sesuai dengan kuesioner yang digunakan kepada pasien diabetes melitus tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RSD dr. Soebandi yang telah memenuhi kriteria penelitian. Proses pengambilan data dilakukan sesudah pasien selesai berkonsultasi dengan dokter di Poli Penyakit Dalam. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulir informed consent, biodata responden, alat perekam (voice recorder), dan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) tervalidasi yang dipergunakan untuk menilai tingkat kecemasan. Pengisian lembar kuisioner dilakukan oleh pewawancara terlatih dengan teknik wawancara setelah subjek mengisi informed consent. Data diambil dengan cara menghitung jumlah skor jawaban sampel pada kuesioner HARS. Responden dari penelitian ini dipilih enam puluh pasien diabetes melitus tipe 2 (laki-laki dan perempuan) yang berusia minimal tiga puluh tahun dan menjalani terapi. Pada penelitian ini responden penelitian dipilih yang tidak mempunyai riwayat penyakit psikiatri sebelumnya dan tidak mempunyai riwayat / tidak sedang mengidap penyakit serius / kronis lain. Responden tidak mengalami penurunan kesadaran dan dapat berkomunikasi dengan lancar. Responden yang dipilih bersedia menandatangai informed consent dan bersedia diwawancarai. Jika responden tidak menyelesaikan wawancara maka akan dikeluarkan dari sampel penelitian.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]