PENGARUH PEMBERIAN CUKA APEL ANNA TERHADAP KADAR MDA HEPAR TIKUS JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK
Abstract
Parasetamol merupakan obat bebas golongan NSAIDs (Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs) yang dapat menyebabkan toksisitas hepar pada dosis tunggal 10-15 g. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 menyatakan 2000 kasus gagal hepar akut tiap tahun disebabkan oleh toksisitas obat sebesar 50% dengan 39% karena parasetamol. Parasetamol dimetabolisme di hepar oleh sitokrom P-450 menjadi produk radikal bebas yaitu NAPQI (N-acetyl-p-benzoquinoneimine). Apabila dosis toksik diberikan maka antioksidan endogen tubuh yaitu GSH (Glutathione) hepar tidak cukup mengendalikan NAPQI sehingga radikal bebas akan berikatan dengan asam lemak tidak jenuh membran sel dan terjadi peroksidasi lipid membentuk MDA (Malondialdehyde). Buah kaya akan antioksidan namun daya tahannya yang singkat sehingga diolah menjadi cuka buah yang lebih tahan lama. Cuka buah dari apel Anna dan beredar di masyarakat adalah Tahesta yang mempunyai kandungan polifenol berupa antosianin dan asam asetat sebagai antioksidan, perlu diteliti pengaruhnya pada kadar MDA hepar tikus jantan galur wistar yang diinduksi parasetamol dosis toksik. Tujuan penelitian adalah mengetahui terdapatnya pengaruh pemberian cuka apel Anna terhadap kadar MDA hepar tikus jantan galur wistar yang diinduksi parasetamol dosis toksik.
Penelitian merupakan true experimental laboratories dengan rancangan penelitian yaitu post test only control group design. Penelitian menggunakan sampel berjumlah 27 ekor tikus jantan galur wistar yang diambil dari populasinya dengan cara simple random sampling. Pada penelitian ini dilakukan adaptasi selama tujuh
hari dan perlakuan selama 15 hari, bertempat di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Tikus dikelompokkan menjadi tiga kelompok sehingga tiap kelompok berjumlah sembilan ekor. Kelompok pertama merupakan Kn (kontrol normal) diberikan Na CMC 1% 1 ml selama 14 hari. Kelompok kedua merupakan K(-) (kontrol negatif) diberikan Na CMC 1% 1 ml selama 14 hari dan diinduksi parasetamol dosis 291,6 mg/200 gBB tikus hari ke-12,13,14. Kelompok ketiga merupakan kelompok P (perlakuan) diberikan cuka apel Anna Tahesta dosis 0,4 ml/150 gBB tikus dan diinduksi parasetamol dosis 291,6 mg/200 gBB tikus hari ke-12,13,14. Pada hari ke-15 semua sampel diterminasi dengan eter dan diambil organ heparnya untuk dilakukan pemeriksaan MDA hepar dengan metode ELISA kompetitif menggunakan kit MDA merek Elabscience. Pengukuran MDA hepar tikus dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Penelitian ini untuk membandingkan kadar MDA hepar tikus antar kelompok maka dilakukan analisis statistik yaitu One Way ANOVA dan untuk mengetahui antar kelompok manakah yang kadar MDA heparnya berbeda maka dilakukan uji Post Hoc yaitu LSD (Least Significance Different).
Hasil pengukuran MDA hepar didapatkan angka berupa absorbansi kemudian dihitung menggunakan kurva standar sehingga didapatkan hasil berupa kadar dalam satuan ng/ml. Pada kelompok Kn didapatkan rata-rata kadar MDA hepar sebesar 21,58476 ng/ml, K(-) sebesar 70,71218 ng/ml, dan P sebesar 37,67187 ng/ml. Hasil analisis data didapatkan distribusi normal pada uji normalitas, yaitu p=0,212 pada kelompok Kn, p=0,978 pada kelompok K(-), dan p=0,180 pada kelompok P. Hasil uji homogenitas juga menunjukkan varians data homogen yaitu p=0,863. Data terdistribusi normal dan homogen dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA menunjukkan hasil signifikan dengan p<0,001 dan uji LSD juga demikian antar semua kelompok didapatkan hasil p<0,001. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh cuka apel Anna terhadap kadar MDA hepar tikus jantan galur wistar yang diinduksi parasetamol dosis toksik.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]