IDENTIFIKASI POTENSI AIR TANAH PADA SEBARAN GUMUK DI JEMBER DENGAN METODE SELF POTENTIAL (SP)
Abstract
Kabupaten Jember secara geografis memiliki posisi yang strategis
dengan berbagai potensi sumber daya alam yang potensial. Pegunungan vulkanik
yang masih aktif sampai saat ini menjadikan ekosistem wilayah Jember mempunyai
bentang alam (landscape) yang unik dan spesifik, yaitu dengan keberadaan sejumlah
gumuk (bukit kecil, hillock). Jumlah gumuk tidak pernah terinventarisasi dengan
resmi, namun jumlahnya diperkirakan lebih dari 1.000 buah gumuk, sehingga
Kabupaten Jember dijuluki sebagai “Kabupaten Seribu Gumuk”. Dalam skala makro
gumuk yang berjumlah ribuan memegang peranan penting dalam tata air tanah di
bagian hilir wilayah karena keberadaan gumuk sebagian besar terletak di bagian hulu.
Dalam skala kecil gumuk berperan bagi sekitarnya, dibuktikan dengan munculnya
mata air di sekitar sebagian gumuk, dengan debit yang bervariasi. Sumber-sumber air
yang ditemui pada daerah gumuk umumnya berupa rembesan (seepage).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 dengan lokasi penelitian
di Kecamatan Pakusari, Ledokombo, dan Arjasa. Penelitian ini merupakan penelitian
lanjutan dari Astutik (2015) tentang inventarisasi gumuk di Jember dan
pengelompokan gumuk menjadi sebaran mengumpul dan sebaran menyebar.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi air tanah pada sebaran gumuk
mengumpul dan sebaran gumuk menyebar dengan menggunakan metode geofisika
self potential (SP). Pada tiap kecamatan yang akan dilakukan penelitian, dipilih satu
gumuk untuk mewakili pola sebarannya. Sehingga dari tiga gumuk untuk tiga
Kecamatan yakni Pakusari dan Ledokombo untuk sebaran mengumpul dan Arjasa
untuk sebaran menyebar dilakukan pengambilan data dengan panjang lintasan 200 m
untuk 5 lintasan tiap gumuk dan spasi antar elektroda adalah 5 m. Dari hasil
pengambilan data di lapangan, diperoleh hasil koordinat lintang dan bujur serta nilai
tegangan diri (mV). Kemudian data tersebut diolah menggunakan software surfer 12
sehingga diperoleh peta kontur untuk tiap lokasi penelitian.
Hasil dari pengolahan data pada tiga gumuk, diperoleh hasil bahwa nilai
potensial rendah yang berwarna biru sampai ungu merupakan titik yang berpotensi
memiliki air tanah. Pada sebaran gumuk mengumpul yaitu pada gumuk di Desa Subo
Kecamatan Pakusari potensi air tanah yang ditunjukkan oleh nilai potensial diri yang
rendah berada pada posisi 08009’52” sampai dengan 08009’53” LS dan 113046’18”
BT. Potensi air tanah pada gumuk tersebut bisa dikatakan dominan karena didukung
oleh adanya sebaran potensi air tanah yang melimpah berdasarkan kenampakan peta
kontur potensial diri dengan rentang nilai potensial diri 2 mV sampai dengan -4 mV.
Sedangkan untuk sebaran gumuk mengumpul di Desa Lembengan Kecamatan
Ledokombo potensi air tanah berada pada daerah lintasan 1 dengan koordinat
08007’05” sampai dengan 08007’11” LS dan 113050’39” BT. Potensi air tanah ini
bisa dikatakan dominan hanya sepanjang garis daerah lintasan 1 saja. Hal ini
ditunjukkan oleh adanya kenampakan kontur potensial diri yang bernilai rendah
sepanjang lintasan 1 dan 2 berkisar 0 mV sampai dengan -14 mV. Kemudian terdapat
juga anomali potensi air tanah pada lintasan 4 dengan koordinat 08007’09” sampai
dengan 08007’10” LS dan 113050’41” BT dengan nilai potensial diri sebesar -2 mV
sampai dengan -8 mV, potensi air tanah ini masih bisa dikatakan dominan namun
tidak merata seperti halnya potensi air tanah pada gumuk Desa Subo. Untuk sebaran
gumuk menyebar yaitu pada Desa Biting Kecamatan Arjasa Potensi air tanah yang
terkandung pada gumuk dikatakan kurang dominan karena berdasarkan peta kontur
yang diperoleh, anomali air tanah yang ditunjukkan tidak merata pada daerah gumuk
hanya berada pada beberapa titik saja.