NASIONALISME FASHION: EKSPRESI IDENTITAS PASCAKOLONIAL DALAM NOVEL TRILOGI RONGGENG DUKUH PURUK KARYA AHMAD TOHARI
Abstract
Makalah ini membahas nasionalisme gaya fashion, sebentuk ekspresi
identitas dalam Trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk (selanjutnya disingkat
RDP). Nasionalisme secara umum dimaknai suatu ikatan yang mempersatukan
sekelompok manusia berdasar kesamaan identitas sebagai suatu bangsa.
Fashion dimaknai dalam fungsi retorisnya sebagai artefak budaya yang
menandai konstruksi komunikasi, tidak hanya tentang gaya hidup, tetapi juga
merambah penafsiran identitas. Konsep tentang gaya sendiri merujuk pada
ekspresi atau sumber sikap bahwa ketidakmampuan manusia bertindak
instinktif selalu diimbangi dengan kemampuan belajar menguasai objekobjek
(terutama) bersifat fisik, yang menghadirkan varian mentalistas.
Kemampuan belajar ini dimungkinkan oleh berkembangnya inteligensi dan
cara berpikir simbolik. Ekspresi atau sikap. Oleh karenanya, dipahami layaknya
aktivitas penciptaan ataupun aksi melakukan sesuatu sebagai pengondisian
ruang-ruang. Pembahasan tentang nasionalisme gaya fashion, dengan
demikian, a) tidak lepas dari konteks seremoni, b) terikat pada pergeseran
nilai epistemologi, c) kehadiran bentuk refleksivitas khusus, yang melaluinya
identitas nasionalisme yang khas bisa terwujud, yang menurut Pemberton
(2003:85) “bisa memberikan suatu perasaan adanya budaya”.
Collections
- LSP-Conference Proceeding [1874]