PERBEDAAN PENDAPATAN BERSIH USAHA TANI PADI SISTEM SEWA TANAH DENGAN SISTEM BAGI HASIL MARO DI KELURAHAN KRATON KECAMATAN MAOSPATI KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2003
Abstract
Keterbatasan lahan pertanian menyebabkan menyempimya skala usaha tani. Banyak petani yang tidak mempunyai lahan sendiri menyebabkan timbulnya sistem sewa tanah dan bagi hasil maro. Sistem sewa tanah terjadi apabila petani menyewa lahan pertanian orang lain untuk dikerjakan. Sistem bagi hasil maro terjadi apabila petani mengerjakan lahan pertanian dengan imbalan separo dari hasil panen. Kedua sistem tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian masing-masing yang nantinya akan berpengaruh terhadap efisiensi dan pendapatan bersih yang diperoleh. Perbedaan sistem sewa tanah dengan sistem bagi hasil maro terletak pada pembagian hasil panen dimana sistem sewa tanah hasil panen mutlak diterima oleh petani itu sendiri. Sedangkan sistem bagi hasil maro hasil panen di bagi dua dengan pemilik lahan dimana bagi hasil yang diberikan kepada pemilik lahan dinggap sebagai biaya sewa. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Pendapatan bersih usaha tani padi sistem sewa tanah dengan pendapatan bersih usaha tani padi sistem bagi hasil maro di Kelurahan Kraton Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan tahun 2003. Kesimpulan tersebut didasarkan nilai t hitung 2,9 lebih besar dan t tabel sebesar 1,6. Berdasarkan analisis deskriptif diketahui pendapatan bersih rata-rata usaha tani padi sistem sewa tanah sebesar Rp. 3.043.865 dan pendapatan bersih rata-rata usaha tani padi sistem bagi hasil maro sebesar Rp. 1.964.821 dengan tingkat efisiensi untuk usaha tani padi sewa tanah sebesar 1.94 dan sebesar 1.46 untuk usaha tani padi sistem bagi hasil maro. Perbedaan tersebut terletak pada pembagian panen. Dimana pendapatan pada bagi hasil maro harus dibagi dua dengan pemilik lahan. Sedangkan petani penyewa mutlak menerima hasil panen tetapi dengan resiko kegagalan panen yang ditanggung sendiri. Efisiensi merupakan perbandingan antara pendapatan total dengan biaya total dimana banyak sedikitnya kuantitas pengalokasian yang optimal dan faktor produksi atau input yang digunakan untuk proses produksi akan menentukan tingkat efisiensi suatu proses produksi.