Konsep Desain Jembatan Pelengkung Batu Berbasis Metode Pipard’s Elastic
Abstract
Jembatan pelengkung lebih kuat dibandingkan struktur jembatan biasa dalam menerima beban tekan dari atas jembatan. Semakin berkembangnya jembatan pelengkung batu membuat metode-metode perhitungan kapasitas   jembatan pelengkung batu  bermunculan, salah  satunya  adalah  metode  pippard’s  elastic. Metode tersebut digunakan untuk menghitung kapasitas jembatan pelengkung batu berupa safe axle load. Namun sampai saat ini belum ada bahasan tentang konsep desain  jembatan  pelengkung  batu.  Oleh  karena  itu, perlu  dilakukan  penyusunan konsep desain jembatan pelengkung batu menggunakan   salah satu metode perhitungan  kapasitas  beban  jembatan  pelengkung  batu  yaitu metode pippard’s elastic serta dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh variasi dimensi elemen struktur jembatan pelengkung batu terhadap deformasi yang terjadi sehingga dapat digunakan untuk perkiraan pengambilan dimensi yang digunakan.
Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari AECOM yaitu data Wolverhampton City Centre Extension Railway Drive Arch Bridge Structural Assesment. Pertama  dilakukan  perhitungan  kapasitas  beban  Railway  Drive  Arch Bridge menggunakan metode pippard’s elastic. Setelah itu dilakukan penyusunan konsep desain jembatan pelengkung batu dan dilakukan perhitungan dimensi jembatan pelengkung batu dengan beban rencana berupa safe axle load hasil dari perhitungan menggunakan metode pippard’s elastic. Kedua dilakukan analisis deformasi yang terjadi menggunakan bantuan software ANSYS 15.0 serta dilakukan analisis deformasi yang terjadi dengan variasi dimensi ketebalan pelengkung dan tinggi spandrel.
Hasil penyusunan konsep desain jembatan pelengkung batu merupakan tahapan dan tata cara perhitungan dimensi struktur atas jembatan pelengkung batu. Adapun hasil penyusunan konsep desain jembatan pelengkung yaitu yang pertama dibutuhkan data lapangan berupa lebar sungai (l), beban rencana (WA), berat isi material yang digunakan (  ) dan tegangan batas material (f). Kedua, dilakukan perhitungan tinggi pelengkung pada setengah bentang (rc=1/4l). Ketiga, dilakukan perhitungan tinggi pelengkung pada seperempat bentang (rq=3/4rc). Keempat, dilakukan perhitungan tebal pelengkung (d=1/4rc) dan yang terakhir adalah perhitungan tinggi spandrel (h) dengan interpolasi dari asumsi nilai h. Sedangkan hasil analisis deformasi yang terjadi akibat variasi dimensi ketebalan pelengkung dan tinggi spandrel menggunakan software ANSYS 15.0 yaitu semakin tebal dimensi spandrel maka deformasi maupun lendutanyang terjadi semakin kecil, sebaliknya semakin kecil dimensi spandrel maka deformasi maupun  lendutan yang  terjadi semakin besar. Sama halnya dengan pengaruh variasi ketebalan pelengkung terhadap deformasi yang terjadi yaitu semakin tebal dimensi pelengkung maka  deformasi maupun lendutanyang terjadi  semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil dimensi pelengkung maka deformasi maupun lendutanyang terjadi semakin besar. Hal tersebut disebabkan karena semakin tebal suatu elemen maka luas daerah penyebaran distribusi beban yang bekerja semakin luas sehingga  kapasitas  tampungan  beban  yang  bekerja  pada  struktur  tersebut semakin  besar,  dengan  beban  safe  axle  load  yang  sama  maka  deformasi  serta lendutan yang terjadi semakin kecil.
