UPAYA PEMBERDAYAAN PETANI KOPI RAKYAT MELALUI PEMELIHARAAN JARINGAN PENYEDIAAN AIR BERSIH DI UNIT PENGOLAH HULU KOPI DI KAWASAN GUNUNG IJEN – RAUNG, JAWA TIMUR
Date
2016-02-18Author
Suwasono, Sony
Taruna, Iwan
Bowo, Cahyoadi
Soemarno, Djoko
Metadata
Show full item recordAbstract
Tanaman kopi di Indonesia sebagian besar diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR) yang mencapai 1.217.506 ha (96,155). Kopi yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat sebagian besar mutunya tergolong rendah, sehingga masih memerlukan penanganan lebih lanjut agar memenuhi standar ekspor yang berlaku Rendahnya mutu kopi rakyat tersebut disebabkan antara lain karena faktor budidaya tanaman, pasca panen, kebutuhan ekonomi, dan tingkat pengetahuan petani yang kurang memadai. Berbagai upaya telah dilakukan untuk perbaikan mutu di tingkat petani, namun sampai saat ini belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Hasil survey lapang di daerah perkebunan kopi rakyat dataran tinggi Ijen-Raung, Kabupaten Bondowoso Jawa Timur menemukan bahwa beberapa unit pengolahan hasil (UPH) kopi arabika mulai mendapatkan peningkatan nilai tambah ekonomi melalui penerapan penanganan pasca panen dan pengolahan kopi yang dibantu unit-unit mesin pengolahan kopi primer dari Dinas Perkebunan Provinsi Jatim. Meskipun demikian, ada beberapa UPH kopi arabika yang terletak di ketinggian lebih dari 1400 m di Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso masih menghadapi permasalahan ketersediaan sumber air yang sangat terbatas dan kurang bersih untuk proses pengolahan yang meliputi (1) perendaman kopi gelondong, (2) pengupasan kulit dengan mesin pulper, (3) fermentasi biji kopi basah, (4) pencucian biji fermentasi dengan mesin washer. Sementara itu sumber air yang tersedia adalah berupa (1) kolam air resapan dari wilayah penduduk dan (2) sumber mata air murni yang berada pada wilayah dengan perbedaan ketinggian 75 m dan berjarak ± 350 m jauh di bawah lokasi UPH, sehingga membutuhkan tenaga dan fasilitas pendukung yang mudah dioperasionalkan oleh petani kopi untuk menaikkan air ke lokasi yang diinginkan. Padahal volume air yang dibutuhkan untuk proses pengolahan tersebut adalah + 1000 L/ton kopi gelondong merah. Dalam rangka memenuhi kebutuhan air untuk proses pengolahan kopi arabika, diperlukan upaya optimasi rekayasa unit penyediaan air melalui pemilihan jenis pompa air yang efektif, pemilihan pipa penyaluran air yang dapat memperkecil kehilangan tekanan air, mengoptimalkan dimensi serta posisi tandon air yang sesuai antara kebutuhan dan ketersediaan debit air, dan pemeliharaan jaringan penyedia air yang terpasang. Untuk kegiatan pemeliharaan jaringan penyedia air (water resources and facilities maintenance) telah dilakukan : (1) pengelolaan kebersihan dan pengaturan debit air sumber mata air murni untuk air Minum dan pengolahan kopi, (2) pemeliharaan dan perbaikan kinerja pompa air, (3) pemeliharan jaringan pipa air, (4) pemeliharaan jaringan kabel listrik, (5) pemeliharaan tandon air volume 1000 - 2500 L, (6) pembentukan kerukunan pengguna air atau himpunan pengguna air minum, dan (7) disain ulang tandon penampung air sumber, (8)
pembersihan bak fermentasi, (9) pengaturan kebersihan lingkungan dari sampah masyarakat. Selain itu ada tambahan kegiatan lain berupa : (1) pengembangan pupuk organik, (2) pengelolaan sampah, (3) pengembangan refomon trap, (4) pengembangan pendidikan anak di lingkungan petani kopi