EFEK HEPATOPROTEKTOR CUKA APEL Anna TERHADAP KERUSAKAN HISTOLOGIS SEL HEPAR WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL
Abstract
Parasetamol merupakan salah satu obat golongan NSAID (Non-Steroid Anti Inflamatory Drug) yang dapat diperoleh masyarakat secara bebas. Menurut data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010, 39% kasus toksisitas obat pada hepar disebabkan oleh parasetamol. Parasetamol dimetabolisme di hepar dan menghasilkan radikal bebas, yaitu NAPQI (N-acetyl-pbenzoquinoneimine) yang diaktivasi oleh enzim hepar sitokrom P-450. Radikal bebas ini dikendalikan oleh antioksidan alami tubuh, yaitu GSH (Glutathione). Apabila parasetamol diberikan dalam dosis toksik, maka akan terjadi deplesi GSH dan mengakibatkan kerusakan berupa nekrosis hepar yang dapat diamati pada gambaran histologis sel hepar. Salah satu bahan yang dapat berperan sebagai antioksidan guna menangkap radikal bebas di dalam tubuh adalah cuka apel. Cuka apel sebagai antioksidan diduga mampu berperan sebagai hepatoprotektor. Kandungan fenol dan asam asetat yang terdapat dalam cuka apel mampu menangkap radikal bebas dalam tubuh sehingga bisa menjadi zat alternatif untuk melindungi hepar dari kerusakan yang diakibatkan oleh keracunan parasetamol. Berdasarkan penelitian sebelumnya, cuka apel dengan dosis 0,4 ml dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus wistar yang diberi diet tinggi gula. Penelitian pada cuka buah lainnya membuktikan bahwa cuka nanas dapat menurunkan enzim hepar dalam serum, mengembalikan tingkat antioksidan hepar, dan menurunkan ekspresi protein sitokrom P450 pada kerusakan hepar mencit yang diinduksi parasetamol. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek hepatoprotektor cuka apel Anna dosis 0,4 ml/200 gram BB terhadap kerusakan histologis sel hepar wistar yang diinduksi parasetamol. Penelitian ini menggunakan 27 ekor wistar yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kontrol normal, kontrol negatif, dan perlakuan. Cuka apel pada kelompok perlakuan diberikan pada hari ke-1 sampai ke-14, induksi parasetamol dilakukan satu jam setelah pemberian cuka apel pada hari ke-12 sampai ke-14, dan terminasi dilakukan pada hari ke-15. Data diperoleh melalui pengamatan mikroskopik dengan menilai gambaran degenerasi dan nekrosis sel hepar. Gambaran degenerasi sel hepar, yaitu ada atau tidaknya respon sel inflamasi, sitoplasma keruh atau granula meningkat, pembengkakan sel (blebbing), vakuola lemak pada sitoplasma (microvesicular atau macrovesicular), dan inti sel terdesak ke tepi. Gambaran nekrosis sel hepar, yaitu inti piknotik atau memadat, karioreksis atau fragmentasi inti sel, dan kariolisis atau hilangnya inti. Untuk membedakan tingkat keparahan sel hepar antara satu tikus dengan tikus lainnya, peneliti mengklasifikasikannya ke dalam empat kategori berdasarkan persentase rata-rata sel hepar yang mengalami degenerasi dan nekrosis (Dewi, 2006), yaitu: 0 : tidak terjadi kerusakan sel hepar 1 : < 25% sel-sel hepar mengalami degenerasi 2 : 25%-50% sel-sel hepar mengalami degenerasi 3 : > 50% sel-sel hepar mengalami degenerasi dan atau sel-sel hepar mengalami nekrosis Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol normal dan kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan, dan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol normal (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian cuka apel Anna dosis 0,4 ml/200 gram BB memiliki efek hepatoprotektor terhadap kerusakan histologis sel hepar wistar yang diinduksi parasetamol.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]