PENERAPAN DEEP DIALOGUE/ CRITICAL THINKING (DD/CT) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SEJARAH PESERTA DIDIK KELAS X IS -2 DI SMAN ARJASA TAHUN AJARAN 2013/2014
Abstract
Kurikulum 2013 mengharapkan pendidik dan peserta didik untuk aktif
dalam proses pembelajaran, sedangkan di sekolah hanya pendidik saja yang aktif
menjelaskan. Peserta didik dalam pembelajaran sejarah cenderung pasif dan tidak
bersemangat. Rendahnya berpikir kritis peserta didik dikarenakan pendidik
kurang mendorong peserta didik berpikir kritis dan mengekspresikan
pendapatnya secara bebas untuk menyelesaikan permasalahan dalam proses
diskusi. Penerapan Deep Dialogue/ Critical Thinking dengan Pendekatan
Scientific melatih peserta didik peserta didik untuk lebih aktif dan kritis dalam
proses pembelajaran.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah penerapan
pembelajaran Deep Dialogue/ Critical Thinking (DD/CT) dengan pendekatan
Scientific pada pembelajaran sejarah dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik kelas X IS -2 SMAN Arjasa. (2) Apakah penerapan
pembelajaran Deep Dialogue/ Critical Thinking (DD/CT) dengan pendekatan
Scientific pada pembelajaran sejarah dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik kelas X IS -2 SMAN Arjasa.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis melalui penerapan Deep Dialogue/ Critical Thinking (DD/CT)
dengan pendekatan Scientific dalam pembelajaran sejarah di kelas X IS -2 SMAN
Arjasa. (2) Untuk meningkatkan hasil belajar melalui penerapan Deep Dialogue/
Critical Thinking (DD/CT) dengan pendekatan Scientific dalam pembelajaran
sejarah di kelas X IS -2 SMAN Arjasa. Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X IS -2 SMAN
Arjasa, dengan jumlah 36 peserta didik. Desain dari penelitian ini adalah model
penelitian Hopkins yang berbentuk spiral dengan 4 tahapan tiap siklusnya terdiri
dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari 3
siklus. Dalam memperoleh data dalam penelitian digunakan metode observasi,
wawancara, tes, dan dokumenter.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar. Indikator berpikir kritis peserta didik
yang diukur pada saat proses pembelajaran berlangsung antara lain : (1)
menyampaikan pendapat pada siklus 1 memperoleh presentase sebesar 56,94%,
siklus 2 sebesar 62,5% dan siklus 3 sebesar 80,55%; (2) mempertahankan
pendapat pada siklus 1 memperoleh presentase sebesar 60,41%, siklus 2 sebesar
71,52% dan siklus 3 sebesar 81,94%; (3) menarik kesimpulan pada siklus 1
memperoleh presentase sebesar 56,25%, siklus 2 sebesar 69,44% dan siklus 3
sebesar 79,16%; (4) membuat perbandingan pada siklus 1 memperoleh presentase
sebesar 59,72%, siklus 2 sebesar 72,22% dan siklus 3 sebesar 77,77%; (5)
mengevaluasi argumen pada siklus 1 memperoleh presentase sebesar 61,11%,
siklus 2 sebesar 71,52% dan siklus 3 sebesar 79,86%.
Hasil belajar aspek kognitif pada siklus 1 memperoleh presentase sebesar
66,67%, siklus 2 sebesar 72,22%, dan siklus 3 sebesar 77,78%. Hasil belajar apek
psikomotor dibagi menjadi 2 indikator yaitu: (1) menganalisis fakta pada siklus 1
memperoleh presentase sebesar 55,16%, siklus 2 sebesar 64,58% dan siklus 3
sebesar 72,22%; (2) memecahkan masalah pada siklus 1 memperoleh presentase
sebesar 54,86%, siklus 2 sebesar 70,13% dan siklus sebesar 79,86%.
Kesimpulan hasil penelitian: (1) terdapat peningkatan kemampuan berpikir
kritis peserta didik, peserta didik lebih aktif dan semangat dalam proses
pembelajaran sejarah; (2) terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dengan
penerapan Deep Dialogue/ Critical Thinking dengan pendekatan Scientific dalam
proses pembelajaran di Kelas X IS-2 SMAN Arjasa yaitu pada siklus I, II, dan III.