HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Abstract
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penyakit ginjal yang progresif dan
ireversibel dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) < 60 mL/menit, sehingga
menimbulkan komplikasi sistemik pada penderita. Penurunan fungsi ginjal pada
derajat tertentu secara ireversibel akan masuk dalam stadium akhir dari CKD, dimana
pasien memerlukan terapi penggantian ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Bagi pasien yang tidak mampu menjalani transplantasi ginjal, kehidupan mereka
bergantung pada terapi hemodialisis. Tidak jarang terapi hemodialisis ini
menimbulkan efek samping seperti kram, nyeri, demam, hingga disequilibrium
syndrome. Hal inilah yang menyebabkan kualitas hidup pasien CKD semakin
menurun. Oleh karena itu, pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisis sering
mengalami komplikasi psikologis akibat stressor yang diterima cukup tinggi dalam
jangka waktu lama.
Komplikasi psikologis paling sering pada pasien CKD yang menjalani
hemodialisis adalah depresi. Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta rasa ingin bunuh diri.
Bila pasien CKD mengalami depresi akan berdampak buruk pada kualitas hidupnya yang
semakin menurun, baik kualitas hidup dari segi dimensi fisik, psikologis, hubungan sosial,
ataupun hubungan lingkungan. Keadaan pasien CKD akan semakin memburuk jika depresi
ini tidak segera diterapi. Dengan demikian peneliti ingin mengetahui hubungan antara
tingkat depresi dengan kualitas hidup psien CKD yang menjalani hemodialisis untuk menindaklanjuti terapi pasien CKD yang menjalani hemodialisis secara lebih holistik,
baik dari penyakit fisik maupun gangguan psikologisnya sehingga keadaan pasien
CKD tersebut menjadi lebih baik.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat depresi, kualitas hidup,
dan hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup pasien CKD yang
menjalani hemodialisis di RS dr. Soebandi Jember. Hasil penelitian diharapkan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan individu, masyarakat ataupun institusi
untuk melakukan suatu perawatan yang komprehensif, baik dari penyakit fisik
maupun gangguan psikologisnya.
Pada penelitian ini menggunakan objek manusia, sehingga dalam
pelaksanaannya telah dilakukan uji kelayakan oleh komisi etik kedokteran. Setelah
disetujui oleh komisi etik, peneliti dan interviewer melakukan pelatihan teknik
wawancara dengan dibimbing oleh dokter spesialis kedokteran jiwa. Pada saat
wawancara peneliti menggunakan alat perekam guna memudahkan penilaian.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan lembar wawancara yang dibuat
berdasarkan kuesioner yang sudah baku dengan didampingi dokter spesialis
Kedokteran Jiwa. Pengambilan data dilakukan dengan memberi pertanyaan terbuka
sesuai dengan lembar wawancara yang digunakan kepada pasien CKD yang
menjalani hemodialisis di RSD dr. Soebandi dan telah memenuhi kriteria penelitian.
Proses pengambilan data dilakukan di Poli Hemodialisis RSD dr. Soebandi Jember
selama bulan November tahun 2015.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulir informed consent,
biodata responden, alat perekam (voice recorder), lembar wawancara, kuesioner
WHO Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF) yang dipergunakan untuk menilai
kualitas hidup dan Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) yang dipergunakan
untuk menilai tingkat depresi. Pengambilan data dengan teknik wawancara akan
dilakukan oleh interviewer yang didampingi oleh dokter spesialis kejiwaan kepada
subjek setelah melalui informed consent. Setelah itu, data akan dipindahkan pada
kuesioner WHOQOL-BREF dan HDRS untuk mengetahui jumlah skor jawaban
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]