PERAN IBU DALAM MENGASUH ANAK TUNARUNGU WICARA (Studi Kasus Ibu SW Di Desa Kranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember)
Abstract
Tunarungu wicara merupakan istilah yang digunakan untuk anak yang tidak
dapat mendengar dan berbicara. Tidak dapat mendengar tersebut dapat
dimungkinkan kurang dengar atau tidak mendengar sama sekali. Gangguan
mendengar yang dialami anak tunarungu wicara menyebabkan terhambatnya
perkembangan pada anak.
Keberhasilan dari seorang ibu di Desa Kranjingan Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember didalam mengasuh anak yang Tunarungu Wicara hingga dapat
menghantarkan anak yang tunarungu wicara tersebut dapat mandiri didalam
kesehariannya serta dapat mampu pula meringankan beban kedua orang tuanya
dari segi ekonomi, merupakan ketertarikan tersendiri bagi penulis untuk mengkaji
tentang peran ibu dalam mengasuh anak tunarungu wicara (Studi Kasus Ibu SW di
Desa Kranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis Penelitian
Studi Kasus dengan teknik penentuan Informan dengan Purposive Sampling.
Metode Analisis yang digunakan dalam Penelitian ini berdasarkan Triangulasi
Sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran ibu dalam mengasuh anak dalam
hal ini terkait dengan peran ibu dalam mengasuh anak di bidang pendidikan
formal yaitu peran ibu sebagai pendamping utama anak, peran ibu dalam
mengasuh anak dalam kegiatan beribadah dan keagamaaan yaitu peran ibu
sebagai guru, mengajarkan sesuatu yang baru, melatih membimbing,
mengarahkan serta memberikan penilaian baik berupa ”reward” dan
”punishment” yang mendidik , peran ibu dalam mengasuh anak dalam pekerjaaan
dirumah yaitu peran ibu sebagai guru, peran ibu dalam mengasuh anak dalam
penerapan norma atau aturan dirumah yaitu peran ibu sebagai pengatur kehidupan
rumah tangga, serta peran ibu dalam mengasuh anak dalam kegiatan
viii
kemasyarakatan yaitu peran ibu sebagai guru. Hasil analisa yang didapat bahwa
mengasuh anak tunarungu wicara lebih baik dan ideal jika ibu menggunakan pola
asuh authoritative, pola pengasuhan authoritative ini memberikan kehangatan
pada anak disertai dengan ketegasan, Ibu juga memberikan reward dan
punishment kepada anak agar anak dapat mandiri dan disiplin dan anak tidak
mengulangi kesalahannya lagi.