PENGARUH GEL EKSTRAK DAN SERBUK MENTIMUN (Cucumis sativus) TERHADAP ANGIOGENESIS PADA PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT IIB PADA TIKUS WISTAR
Abstract
Menurut WHO luka bakar merupakan masalah kesehatan yang terjadi secara
global. Berdasarkan data terakhir diperkirakan sekitar 265.000 kematian terjadi setiap
tahun. Lebih dari 96% kasus luka bakar terjadi di negara-negara berkembang dengan
pendapatan rendah hingga menengah. Angka kematian tertinggi akibat luka bakar
ditempati oleh Asia Tenggara (11,6 kematian per 100.000 populasi per tahun),
kemudian diikuti oleh Mediterania Timur dan Afrika.
Prinsip perawatan luka bakar adalah untuk mencegah berlangsungnya
degradasi luka Perawatan moist (moist dressing) akan memfasilitasi proses
penyembuhan. Dengan mempertimbangkan keuntungan terapi luka dalam kondisi
moist (moist-state), banyak praktisi yang mulai melakukan penelitian dengan tujuan
mencari cara mempertahankan suasana moist. Salah satunya dengan menggunakan
mentimun.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa terdapat pengaruh
pemberian gel ekstrak mentimun dan gel serbuk mentimun terhadap jumlah lumen
pembuluh darah pada penyembuhan luka bakar derajat IIB tikus wistar, serta untuk
membuktikan bahwa terdapat perbedaan jumlah lumen pembuluh darah di hari ketiga
dan hari kesepuluh antara pemberian gel ekstrak mentimun dengan gel serbuk pada
penyembuhan luka bakar derajat IIB tikus wistar.
Penelitian yang digunakan adalah true experimental laboratories dengan
rancangan post test only control group. Sampel yang digunakan adalah tikus wistar jantan berusia 2-3 bulan dengan berat badan antara 150-200 gram. Jumlah kelompok
penelitian ada 8 yaitu kelompok kontrol negatif yang diberi normal salin, kelompok
kontrol positif yang diberi salep mata, kelompok perlakuan 1 yang diberi gel ekstrak
mentimun, kelompok perlakuan 2 yang diberi gel serbuk mentimun, dan masingmasing
perlakuan ada yang diterminasi pada hari ke-3 dan hari ke-10. Pembuatan
luka bakar derajat IIB menggunakan uang logam panas yang dibuat dengan cara
dimasukkan ke dalam dry oven pada suhu 70° C, kemudian ditempelkan pada
punggung tikus selama 10 detik. Setelah terbentuk luka bakar dilakukan perawatan
sesuai kelompok perlakuan selama 10 hari, kemudian dibuat sediaan histopatologi
dengan pewarnaan H&E dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya
dengan perbesaran 400x.
Hasil pengamatan pada kelompok hari ketiga didapatkan rata-rata jumlah lumen
pembuluh darah pada kelompok kontrol negatif, kelompok perlakuan 1, kelompok
perlakuan 2, dan kelompok kontrol positif berturut-turut sebagai berikut 3,99±0,58;
5,83±0,36; 6,19±0,23; 4,19±0,69. Sedangkan hasil pengamatan pada kelompok hari
kesepuluh didapatkan rata-rata jumlah lumen pembuluh darah pada kelompok kontrol
negatif, kelompok perlakuan 1, kelompok perlakuan 2, dan kelompok kontrol positif
berturut-turut sebagai berikut 3,12±0,12; 4,05±0,32; 4,08±0,33; dan 3,19±0,73. Data
hasil uji One Way ANOVA didapatkan p<0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang
signifikan pada masing-masing kelompok baik pada hari ketiga maupun kesepuluh.
Berdasarkan rata-rata jumlah lumen pembuluh darah hasil terbaik didapatkan pada
kelompok perlakuan 2 yaitu kelompok yang diberikan gel serbuk mentimun.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah gel ekstrak mentimun dan gel serbuk
mentimun terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah lumen pembuluh
darah pada penyembuhan luka bakar derajat IIB bila dibandingkan dengan kontrol
negatif maupun kontrol positif. Jumlah lumen pembuluh darah pada pemberian gel
serbuk mentimun lebih banyak dibandingkan dengan gel ekstrak mentimun tetapi
tidak signifikan, baik pada hari ketiga maupun hari kesepuluh.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]