Speaking Anxiety: Factors Contributing To the Anxiety in Speaking Class of the First Year Students of the English Department Faculty of Letters, Jember University. (Kecemasan Berbicara: Factor-Faktor yang Menyebabkan Kecemasan didalam Kelas Speaking pada Mahasiswa Angkatan Tahun Pertama Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Sastra Universitas Jember)
Abstract
Berbicara diyakini sebagai keterampilan yang paling sering membangkitkan kecemasan di kalangan mahasiswa. Kecemasan sebagai salah satu hasil dari faktor afektif yang muncul karena beberapa hal seperti kurangnya pengetahuan, rendahnya persiapan, takut membuat kesalahan dan kesulitan untuk memahami instruksi guru. Skripsi ini bertujuan untuk menyelidiki faktor apa yang berpengaruh terhadap kecemasan berbicara dan mengapa kecemasan berbicara terjadi pada mahasiswa tahun pertama Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Sastra di Universitas Jember. Peserta penelitian ini adalah 50 mahasiswa. Untuk mendapatkan data, dilaksanakan penyebaran angket kuesioner dan wawancara. Dengan menggunakan teori dari Tseng (2012) tentang kecemasan dalam berbicara, analisis data dapat dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi diri atau harga diri, presentasi di kelas, takut membuat kesalahan, lingkungan sosial, jenis kelamin, perbedaan budaya, situasi kelas ditentukan sebagai sumber kecemasan berbicara mahasiswa. Sementara alasan yang membangkitkan terjadinya kecemasan berbicara adalah: pertama adalah persepsi diri, hal itu di karenakan oleh kesulitan bahasa (kurangnya kosa kata, khawatir tentang struktur dan berbahasa Inggris dengan benar), kekhawatiran terhadap persepsi orang lain, rasa percaya diri yang rendah, kurangnya motivasi, kurangnya komunikasi dan takut membuat kesalahan. Kedua adalah presentasi di dalam kelas, hal itu dikarenakan mereka menjadi pusat perhatian, takut akan pertanyaan dari mahasiswa lain dan mereka tidak mempersiapkan materi. Ketiga adalah takut membuat kesalahan, hal itu disebabkan karena mereka tidak menguasai materi, kurangnya kosa kata dan pengucapan. Keempat adalah lingkungan sosial, mereka tidak dapat mengeksplore bahasa dan penilaian dari orang lain. Kelima adalah gender. Hal itu karena setiap gender memiliki topik yang berbeda untuk dibahas dan persepsi yang berbeda tentang lawan jenis. Keenam adalah perbedaan budaya. Itu karena topik yang berbeda dan aksen yang berbeda antara Jawa, Madura dan Cina. Ketujuh adalah situasi kelas yang formal. Itu karena mereka dipantau oleh dosen dan karakteristik dari dosen.
Collections
- SRA-Humanities [343]