HUBUNGAN ANTARA STATUS KEK DAN STATUS ANEMIA DENGAN KEJADIAN BBLR PADA IBU HAMIL USIA REMAJA (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Cermee Kabupaten Bondowoso)
Abstract
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR antara lain faktor ibu, janin, dan lingkungan. Faktor ibu meliputi usia, riwayat kehamilan, keadaan sosial dan status gizi kurang saat hamil. Faktor janin meliputi hidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan kromosom. Faktor lingkungan meliputi tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi dan zat racun. Dari ketiga faktor tersebut, faktor yang secara langsung mempengaruhi kejadian BBLR adalah status gizi kurang saat hamil yang bisa diukur dari status kurang energi kronis (KEK) dan anemia ibu. Saat hamil seorang wanita memerlukan asupan gizi lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh mereka dan memberikan nutrisi yang cukup untuk janin mereka.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalis hubungan antara status Kurang Energi Kronis (KEK) dan status anemia pada ibu hamil usia remaja dengan kejadian BBLR. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cohort. Subjek pada penelitian ini adalah ibu hamil usia remaja trimester III. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 35 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dengan bantuan kuisioner dan melakukan pengukuran status gizi. Pengukuran lingkar lengan atas ibu menggunakan pita LILA, sedangkan kadar Hb ibu menggunakan alat easy touch GCHb. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan menghitung nilai RR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR hanya sebesar 5,8%, dan ibu hamil yang tidak melahirkan bayi dengan BBLR sebesar 94,2%. Berdasarkan hasil penelitian, persentase ibu hamil yang mengalami status KEK dan status anemia yaitu 25,8% dan 48,6%. Sebagian besar usia ibu di wilayah kerja Puskesmas Cermee berada pada kelompok umur remaja akhir (17-21 tahun), memiliki pengetahuan sedang, memiliki pendidikan rendah, tidak bekerja, dan memiliki pendapatan keluarga yang rendah. Riwayat kehamilan ibu terdiri dari paritas rendah, memiliki jarak kelahiran rendah, pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil memenuhi K4, sebagian besar tidak memiliki riwayat abortus dan seluruh ibu hamil tidak memiliki riwayat kelahiran prematur. Sebagian besar tingkat konsumsi ibu hamil KEK dan Anemia di wilayah kerja Puskesmas Cermee yaitu konsumsi energi dan protein dalam kategori defisit. Sedangkan, konsumsi Fe, folat, vitamin B12, dan vitamin C dalam kategori kurang. Pada pola konsumsi zat inhibitor Fe, sebagian besar ibu hamil sering mengonsumsi teh, kacang panjang, ketimun, kentang dan jarang mengonsumsi kopi. Berdasarkan perhitungan menunjukkan ibu hamil yang menderita KEK mempunyai kesempatan untuk melahirkan bayi BBLR 2,8 kali lebih besar daripada ibu hamil yang tidak menderita KEK, dan ibu hamil yang menderita anemia mempunyai kesempatan untuk melahirkan bayi BBLR 1,05 kali lebih besar daripada ibu hamil yang tidak menderita anemia. Sehingga, anemia bukan merupakan faktor risiko terjadinya BBLR.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu kerjasama dengan BKKBN untuk mendukung kegiatan sosialisasi melalui KIE KB kepada pasangan remaja terkait penggunaan kontrasepsi dengan melibatkan akseptor sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan minat terhadap penggunaan KB, kerjasama dengan BP2KB Kabupaten Bondowoso dengan memberikan dukungan berupa tenaga penyuluh untuk mensosialisasikan program pendewasaan usia perkawinan (PUP), meningkatkan peran serta tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam sosialisasi dalam program pendewasaan usia perkawinan pada masyarakat.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]