Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Suku Madura di Situbondo;
Abstract
Pendidikan dan kebudayaan adalah salah satu hubungan antara proses dengan
isi. Pendidikan ialah proses pengoperasisan kebudayaan dalam arti membudayakan
manusia. Sardijiyo Paulina Pannen (dalam Wahyuni, dkk, 2013: 3) mengatakan bahwa
pembelajaran berbasis budaya merupakan suatu model pendekatan pembelajaran yang
lebih mengutamakan aktivitas siswa dengan berbagai ragam latar belakang budaya
yang dimiliki, diintegrasikan dalam proses pembelajaran bidang studi tertentu, dan
dalam penilaian hasil belajar dapat menggunakan beragam perwujudan penilaian.
Salah satu yang dapat menjembatani antara budaya dan pendidikan matematika adalah
etnomatematika.
Rachmawati (2012: 1) mendefinisikan etnomatematika sebagai cara khusus
yang dipakai oleh suatu kelompok budaya atau masyarakat tertentu dalam aktivitas
matematika. Aktivitas matematika adalah aktivitas yang di dalamnya terjadi proses
pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam
matematika atau sebaliknya, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung,
mengukur, merancang bangunan atau alat, membuat pola, membilang, menentukan
lokasi, bermain, menjelaskan, dan sebagainya. Jika ditinjau dari sudut pandang riset
maka etnomatematika didefinisikan sebagai antropologi budaya (cultural
anthropology of mathematics) dari matematika dan pendidikan matematika.
Etnomatematika menggunakan konsep matematika secara luas yang terkait dengan
berbagai aktivitas matematika, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung,
ix
mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan lokasi, dan lain
sebagainya.
Pada penelitian ini, aktivitas masyarakat suku Madura di Situbondo yang diteliti
adalah aktivitas membilang yaitu pada saat melakukakn operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian dalam transaksi jual-beli yang dilakukan oleh
penjual maupun pembeli. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian eksploratif. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan etnografi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
melalui observasi, wawancara dengan 4 orang yang merupakan pembeli dan 3 orang
yang merupakan penjual yang melakukan aktivitas membilang pada transaksi jual-beli
yang dilakukan oleh masyarakat suku Madura di Situbondo.
Setelah data hasil wawancara diperoleh, kemudian dianalisis. Sehingga
diperoleh data bahwa aktivitas suku Madura di Situbondo dalam melakukan transaksi
jual beli yang berkaitan dengan matematika, yaitu a) pembeli mengetahui harga semua
barang yang dibelinya, penjual sudah tidak menjual barang dengan harga Rp 250,00;
Rp 1.250,00; Rp 1.3000,00, dan seterusnya, b) penjual lebih memilih menjual barang
seharga Rp 500,00 dapat 2, Rp 1.500,00 dapat 2, dan seterusnya (kelipatan 500), c)
penjual lebih memilih untuk menjual sayur mayurnya perikat atau perbungkus (tidak
dijual perbuah atau pertangkai), d) penjual lebih memilih menjual daging ayam, ikan,
udang, dan lain-lain perbungkus yang setiap bungkusnya berisi ¼ kg, e) penjual lebih
memilih menjual cabai dan terasi perbungkus daripada perkilogram, f) pembeli lebih
memilih membayar belanjaan dengan uang pas atau sesuai dengan kondisi (uang yang
mereka bawa), g) penjual memberikan uang kembalian dengan cara menggenapi total
belanjaan pembeli atau dengan menjumlahkan, tidak mengurangi, h) apabila penjual
tidak mempunyai uang kembalian, maka penjual akan menawarkan vetsin, permen, dan
lain-lain. Selain itu juga ada pembeli yang dengan sengaja meninggalkan uang
kembaliannya pada penjual, i) penjual sudah menghafal semua harga barang yang
dijualnya. Selain itu hasil etnomatematika masyarakat suku Madura di Situbondo pada
aktivitas membilang juga terlihat pada caranya menyebutkan bilangan 1, 2, 3, ... dalam
bahasa Madura dan juga pada saat mengoperasikan bilangann-bilangan tersebut dalam
operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.