GERAKAN SEPARATIS SUDAN’S PEOPLE LIBERATION ARMY (SPLA) DI SUDAN
Abstract
Gerakan separatis merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk
mendapatkan kedaulatan dan memisahkan kelompok manusia atau suatu wilayah dari
suatu kelompok atau wilayah yang sebelumnya bersatu (utuh). Munculnya ide
separatisme bisa memicu terjadinya sebuah disintegrasi bangsa. Disintegrasi secara
harfiah bisa dipahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang
saling terpisah. Dalam kondisi seperti ini negara dianggap gagal untuk mengayomi
dan menjaga keutuhan bangsanya. Disintegrasi bangsa seperti ini juga terjadi di
negara Sudan. Sudan dalam sejarahnya telah mengalami sebuah disintegrasi bangsa.
Disintegrasi bangsa yang terjadi di Sudan disebabkan oleh munculnya gerakan
separatis Sudan’s People Liberation Army (SPLA) pada tahun 1983. Gerakan
separatis SPLA ini dipimpin oleh John Garang De Mabior sebagai bentuk perlawanan
atas ketidakpuasan terhadap tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh Pemerintah
Pusat Sudan. Dalam aksinya, SPLA juga mendapatkan dukungan dari pihak luar, di
antaranya adalah Israel dan Amerika Serikat melalui Ethiopia. Sejak berdirinya SPLA
di tahun 1983, Ethiopia telah berkontribusi banyak terhadap penyediaan senjata dan
pelatihan militer terhadap anggota SPLA, sehingga mempengaruhi dinamika
peperangan sipil yang terjadi antara Sudan bagian utara dan Sudan bagian selatan.
Konflik antara Pemerintah Pusat Sudan dan Gerakan separatis SPLA akhirnya
berhasil dihentikan setelah tercapainya kesepakatan Perjanjian Damai Menyeluruh /
Comprehensive Peace Agreement (CPA) di Naivasha, Kenya, pada tahun 2005.
Tujuan dari penelitian karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui dan meneliti
faktor-faktor pemicu munculnya gerakan separatis Sudan’s People Liberation Army
(SPLA) di Sudan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Metode penelitian tersebut meliputi metode pengumpulan data dan metode analisis
data. Metode pengumpulan data menggunakan studi pustaka untuk memperoleh data
sekunder kemudian menganalisis dengan mengembangkan teori yang ada sesuai
fakta-fakta umum yang tersedia dan kemudian menarik generalisasi yang bersifat
khusus. Dalam hal ini, metode analisis deskriptif akan menjelaskan suatu peristiwa
dengan mempertimbangkan kesimpulan sebagai konsekuensi logis dari permasalahan
yang digunakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang munculnya gerakan
separatis Sudan’s People Liberation Army (SPLA) di Sudan disebabkan karena
Pemerintah pusat Sudan di Khartoum tidak memperhatikan pembangunan (ekonomi)
di daerah Sudan bagian selatan, penerapan hukum yang tidak adil (karena perbedaan
ras dan adat istiadat) sehingga menghasilkan diskriminasi ras dan agama oleh
pemerintah pusat Sudan, munculnya semangat kedaerahan (sukuisme) di Sudan
bagian selatan, dan adanya propaganda pihak asing dalam kekacauan konflik di
Sudan.