EFEKTIVITAS AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) DAN INSEKTISIDA SINTETIK UNTUK PENGENDALIAN HAMA Spodoptera exigua (Hubner) PADA TANAMAN BAWANG MERAH DI DESA MATEKAN KABUPATEN PROBOLINGGO
Abstract
Biaya pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada
budidaya bawang merah di daerah Probolinggo, Jawa Timur mencapai 30-50%
dari total biaya produksi per/ha atau sekitar 4-5 juta/ha. Hama utama yang
menyerang tanaman Bawang Merah adalah: ulat Spodoptera exigua (Lepidoptera:
Noctuidae). Kehilangan hasil akibat serangan tersebut bisa mencapai 57% yang
terjadi pada fase penanaman sampai menjelang panen. Untuk mengantisipasi
serangan hama tersebut petani di Probolinggo melakukan penyemprotan pestisida
dengan frekuensi penyemprotan 2-3 hari sekali.
Penggunaan Agens Pengendali Hayati (APH) diharapkan mampu menjadi
alternatif pengendalian yang efektif dan aman tidak merusak lingkungan. Selain
itu dapat mengdukung program Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penelitian
ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas aplikasi insektisida kimia
berbahan aktif Prefenofos, Betasilflutrin dan APH Metarhizium anisopliae,
Beuvaria bassiana, Bakteri merah Serratia marcescens, dan Nematoda
Entomopatogen (NEP) Steinernema sp., pada pertanaman bawang merah di Desa
Matekan Kabupaten Probolinggo.
Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rangkaian Acak Kelompok
(RAK), yang terdiri atas 6 perlakuan dengan 5 ulangan. Perlakuan yang
digunakan diantaranya: insektisida kimia berbahan aktif Profenofos (Curancron
500EC) 2 ml/l air, Betasiflutrin (Buldok 25EC) 2 ml/l air, sedangkan APH yang
digunakan adalah: Metarhizium anisopliae 100 g/14 l air, Beauveria bassiana 100
g/14 l aireri merah Serratia marcescens 5 ml/l air, ketiganya diperoleh dari
Laboratorium (PHPTPH) Tanggul Jember Tanggul dan NEP Steinernema sp 106
IJ/15 l air dari laboratorium Pengendali Hayati Fakultas Pertanian UNEJ. Hasil penelitian menunjukan bahwa insektisida kimia dan APH tidak
berbeda nyata terhadap penurunan populasi hama S. exigua. Pada aplikasi
insektisida kimia tertinggi perlakuan Betasiflutrin sebesar 73,68% dan pada
aplikasi APH tertinggi terjadi pada perlakuan NEP Steinerma sp., sebesar 59,09%.
Hasil berat basah dan berat kering umbi bawang merah juga menunjukan hasil
tidak berbeda nyata. Aplikasi produksi umbi bawang merah tertinggi terjadi pada
perlakuan M. anispliae sebesar 368 gram/ 10 rumpun tanaman bawang merah,
sedangkan yang terendah terjadi pada aplikasi insektisida kimia Betasiflutrin
sebesar 322 gram/ 10 rumpun. Hasil berat kering umbi bawang merah tertinggi
terjadi pada perlakuan M. anispliae sebesar 244 gram/ 10 rumpun, terendah terjadi
pada aplikasi Bakteri Merah S. marcescens yang hanya mencapai 186 gram/10
rumpun.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]