Idenifikasi Aktivitas Etnomatematika Petani pada Masyarakt Jawa di Desa Sukoreno
Abstract
Matematika memiliki peran baik dalam berbagai budaya, tepatnya pada
kebiasaan suatu suku atau masyarakat maupun dalam hal adat istiadatnya. Namun.
masyarakat kurang menyadari bahwa dalam sebagian aktivitas mereka terdapat
aktivitas matematika. Fakta tersebut sangat bertentangan dengan fungsi matematika
sesungguhnya yang diungkapkan Ekawati (2011) yaitu untuk mengembangkan
kemampuan berhitung, mengukur, menurunkan rumus, dan menggunakan rumus
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Keterkaitan antara keduanya
dikenal sebagai etnomatematika. Etnomatematika merupakan matematika yang
berkaitan dengan aktivitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari pada suatu
kelompok budaya tertentu.
Pada penelitian ini, daerah yang dipilih adalah daerah Jember bagian selatan
tepatnya di Desa Sukoreno, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember. Aktivitas yang
dipilih adalah aktivitas para petani yang meliputi aktivitas membilang, menghitung,
dan mengukur. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan etnografi. Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini yaitu melalui observasi, wawancara dengan 7 orang petani.
Setelah data hasil observasi dan wawancara diperoleh dan dianalisis, maka
diperoleh informasi bahwa terdapat aktivitas matematika pada saat petani di Desa
Sukoreno melakukan kegiatan bertani. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas membilang,
menghitung, dan mengukur. Aktivitas yang paling sering muncul adalah aktivitas
menghitung. Aktivitas menghitung pertama muncul pada saat memperkirakan jumlah
ix
benih padi dan bibit jeruk berupa konsep perbandingan senilai. Selain itu ada aktivitas
menghitung lainnya yang muncul pada kegiatan tersebut, yaitu operasi penjumlahan,
perkalian, dan pembagian. Konsep perkalian yang digunakan oleh petani masyarakat
Jawa terbagi menjadi 3, yaitu dengan menjumlahkan, mengalikan bilangan dimulai dari
depan (mulai dari nilai terbesar), dan mengalikan bilangan dimulai dari belakang (nilai
satuan). Konsep penjumlahan yang digunakan para petani sudah sesuai dengan konsep
yang diajarkan pada buku ajar yaitu dengan menjumlahkan nilai satuan terlebih dahulu
kemudian nilai puluhan, dan seterusnya. Konsep perkalian yang dihitung dengan cara
penjumlahan berbeda dengan konsep yang diajarkan. Apabila ada perkalian antara x
dan y, cara yang digunakan petani adalah dengan menjumlahkan x sebanyak y,
sedangkan konsep perkalian yang diajarakan adalah menjumlahkan y sebanyak x.
Konsep pembagian yang digunakan yaitu dengan cara pembagian bersusun atau
porogapit. Aktivitas menghitung berupa konsep perbandingan senilai juga muncul
pada pengaruh luas lahan dengan jumlah pekerja tetap terhadap waktu yang
dibutuhkan. Selain itu, pada pengaruh jumlah pekerja yang bekerja pada sawah yang
luasnya tetap terhadap waktu yang dibutuhkan, terdapat konsep perbandingan berbalik
nilai. Pada perhitungan jumlah pekerja yang membuat punthukan terdapat aktivitas
menghitung berupa operasi pembagian. Aktivitas menghitung berupa operasi
perkalian, penjumlahan dan pembagian juga muncul pada perhitungan upah untuk
pekerja. Pada perhitungan panjang blak terdapat operasi perkalian, sedangkan pada
perhitungan biaya pengeluaran terdapat operasi penjumlahan. Perhitungan jumlah
pupuk yang diberikan pada pemupukan pertama tanaman jeruk terdapat aktivitas
menghitung berupa konsep pembulatan, pengubahan satuan berat, dan operasi
pembagian. Selain aktivitas menghitung, aktivitas membilang juga muncul pada
penyebutan luas sawah yang saling berkaitan dan penyebutan nilai tempat. Aktivitas
yang terakhir yaitu aktivitas mengukur yang muncul pada perkiraan jumlah bibit jeruk,
pada saat menanam padi dan jeruk, serta pada saat menyebutkan ukuran dan luas
sawah.