HUBUNGAN PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUCATOR DENGAN MOTIVASI SEMBUH PASIEN TUBERCULOSIS PARU DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PARU KABUPATEN JEMBER
Abstract
Hubungan Peran Perawat Sebagai Educator Dengan Motivasi Sembuh Pasien
Tuberculosis Paru di Ruang Rawat Inap RS. Paru Kabupaten Jember; Ria
Rohma Wati, 112310101015; 2015: 113 halaman; Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember.
Motivasi sembuh pasien TBC adalah suatu daya dalam diri seseorang
penderita sebagai pendorong maupun penggerak yang melatarbelakangi seseorang
untuk berperilaku pada tindakan penyembuhan. Dampak yang terjadi jika pasien
tidak memiliki motivasi sembuh yaitu pasien mengalami drop out pengobatan yang
pada akhirnya mengarah pada kasus terjadinya MDR (Multi Drug Resistance).
Kejadian kasus MDR dapat dicegah melalui upaya peran perawat sebagai pendidik
untuk memotivasi sembuh pasien Tuberculosis paru. Peran perawat sebagai pendidik
dapat membantu pasien untuk meningkatkan kesehatannya dan harapannya informasi
yang diterima pasien melalui pengajaran dapat menambah pengetahuan pasien
sehingga dapat memberikan motivasi sembuh bagi pasien Tuberculosis paru.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian
observasional analitik dan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan ialah teknik purposive sampling dan didapatkan jumlah sampel
penelitian sebanyak 57 responden Tuberculosis paru diruang rawat inap. Alat
pengumpul data terdiri dari kuesioner untuk peran perawat sebagai educator dan
kuisioner motivasi sembuh pasien Tuberculosis paru. Uji validitas dan reliabilitas
menggunakan Pearson Product Moment dan uji Alpha Cronbach. Analisis data yang
digunakan yaitu Chi Square. dan menggunakan Odds Ratio untuk mengetahui
peluang hubungan antara variabel dependen dan independen.
x
Hasil analisis data dari 57 responden didapat hasil pelaksanaan peran perawat
sebagai educator dengan kategori baik, menunjukkan lebih dari 50 persen responden
mempunyai motivasi sembuh yang tinggi yaitu sebanyak 68,8%, sisanya 31,3%
memiliki motivasi sembuh yang rendah. Pelaksanaan peran perawat sebagai educator
yang dinilai cukup oleh 23 responden, sebagian besar memiliki motivasi rendah
sebanyak 64,0%, sisanya 46,0% memiliki motivasi sembuh yang tinggi. Hasil uji
statistik menunjukkan nilai p value: 0,028 lebih kecil dari α: 0,05 yang berarti ada
hubungan yang signifikan antara peran perawat sebagai educator dengan motivasi
sembuh pasien Tuberculosis Paru dan Odd Ratio sebesar 3,911 yang bermakna bahwa
pasien yang mendapat pelaksanaan peran perawat sebagai educator dengan baik
berpeluang 3,911 kali memiliki motivasi sembuh dari penyakit Tuberculosis paru.
Motivasi pada individu berasal dari dua sumber yaitu dari dalam diri individu
dan dari lingkungan luar yang salah satunya berasal dari dukungan perawat. Syasra
(2011) menyatakan bahwa pada penderita penyakit kronis Tuberculosis paru,
memiliki banyak permasalahan misalnya pasrah dengan keadaan yang terjadi dan
tidak memiliki motivasi sembuh. Kondisi pasien yang dihadapkan dengan motivasi
sembuh yang rendah, membutuhkan dukungan informasi dari tenaga kesehatan salah
satunya peran perawat sebagai educator. Friskarini dan Manalu (2010) menyatakan
bahwa peran tenaga kesehatan dalam memberikan informasi terkait kondisi pasien
dan pengobatannya sangat penting untuk memotivasi pasien untuk sembuh.
Pernyataan ini menegaskan bahwa interaksi melalui peran dukungan tenaga kesehatan
yaitu perawat akan menstimulasi pasien untuk memiliki keinginan motivasi sembuh.
Penelitian selanjutnya terkait memotivasi sembuh pasien melalui peran perawat
sebagai educator perlu dilakukan penambahan media pembelajaran melalui poster
Tuberculosis, pengobatan dan pencegahannya yang ditempel di dinding ruang rawat
agar dapat membantu peran perawat sebagai educator dalam menyampaikan
informasi kepada pasien serta perlu diletakkan leaflet di dalam ruang rawat sebagai
media informasi yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan pasien.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1531]