Show simple item record

dc.contributor.advisorERNANDA, Heru
dc.contributor.advisorAHMAD, Hamid
dc.contributor.authorARTHUR, Prayogi Kasih
dc.date.accessioned2015-12-01T04:32:13Z
dc.date.available2015-12-01T04:32:13Z
dc.date.issued2015-12-01
dc.identifier.nim101710201026
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/65385
dc.description.abstractPenurunan kondisi dan keberfungsian aset irigasi ditindaklanjuti melalui kegiatan rehabilitasi. Kegiatan rehabilitasi merupakan jenis kegiatan dengan volume pekerjaan yang besar, oleh karena itu kegiatan tersebut dilaksanakan secara terprogram berdasarkan nilai prioritas aset irigasi Model penetapan nilai prioritas aset irigasi di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 13/PRT/M/2012 menunjukkan penilaian kondisi dan fungsi aset dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi dan fungsi komponen aset, sehingga penilaian cenderung bersifat tidak detail. Di sisi lain, penilaian kondisi dan fungsi aset yang dilakukan oleh juru pengairan berdampak pada penilaian yang cenderung kualitatif. Oleh karena itu dalam penelitian ini penetapan nomor prioritas aset irigasi dicoba dinyatakan melalui model penetapan nomor prioritas aset irigasi berdasarkan penilaian kondisi dan fungsi komponen aset berbasis metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Keuntungan penerapan metode AHP adalah mempertimbangkan bobot komponen aset berdasarkan tingkat kepentingan komponen aset. Hasil kajian model penetapan prioritas rehabilitasi bendung berbasis metode AHP menunjukkan: (i) bobot kondisi komponen bendung berbasis AHP mendapatkan bobot komponen mercu (39,4591%), sayap bendung (15,3542%), bangunan pengambilan (11,4412%), tanggul (11,2638%), bangunan ukur dan saluran ukur (11,1269%), bangunan penguras (6,23154%), kolam olak (2,6490%), dan bangunan pembilas dan kantonglumpur (2,4744%) dengan konsistensi rasio7,6% (<10%). Sedangkan bobot fungsi komponen bendungberbasis AHP mendapatkan bobot komponen mercu (39,6998%), sayap bendung (15,4915%), bangunan pengambilan (14,2897%), bangunan ukur dan saluran ukur (10,8678%), tanggul (9,0437%), bangunan penguras (6,0495%), bangunan pembilas dan kantong lumpur (2,3309%), dan kolam olak (2,2270%) dengan konsistensi rasio 6,4% (<10%); (ii) pengujian penetapan nomor prioritas rehabilitasi bendung berdasarkan penilaian kondisi dan keberfungsian komponen bendung berbasis AHP sama dengan penetapan nomor prioritas rehabilitasi bendung berbasis penilaian juru pengairan, dengan koefisien korelasi Spearman 0,863445 dan nilai Z hitung sebesar 5,034708.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectBENDUNGANen_US
dc.subjectANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)en_US
dc.titleMODEL PENETAPAN PRIORITAS REHABILITASI BENDUNG BERBASIS METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Di Wilayah Kerja UPT Pengairan Kalisat Kabupaten Jember)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record