Potensi Polifenol Biji Kakao Inferior Sebagai Senyawa Antioksidan dan Antimikroba Patogen Pada Rongga Mulut
View/ Open
Date
2015-08-31Author
Sony Suwasono
Jayus
Niken Widya Palupi
Metadata
Show full item recordAbstract
Kakao merupakan komoditas unggulan perkebunan Indonesia, dimana area perkebunan kakao di Indonesia mencapai 1,732,641 ha dengan tingkat produksi 803,585 ton biji kering (Kementerian Perindustrian, 2013). Produksi kakao Indonesia 80% dihasilkan dari perkebunan rakyat dan sisanya dihasilkan oleh perkebunan besar, baik swasta maupun milik pemerintah. Namun agribisnis kakao di Indonesia masih menghadapi berbagai masalah antara lain karena produktivitas kebun dan mutu produk biji kakao masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella snell dan penyakit buah busuk Phytophthora palmivora butler. Biji kakao inferior terkena hama dan penyakit di atas bisa mencapai 10% dari total produksi per tahun, dan nilai ekonominya sangat rendah.
Upaya peningkatan nilai ekonomi buah kakao inferior yang terserang hama penggerek buah dan jamur busuk buah dilakukan melalui ekplorasi senyawa polifenol dari biji kakao inferior tersebut, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan fungsional bagi industri pangan dan farmasi, baik sebagai senyawa antioksidan, antimikroba, maupun antikanker. Eksplorasi polifenol dilakukan melalui tahapan penelitian, yaitu : a) pengeringan biji kakao, b) penghilangan lemak dengan cara pengepresan dan ekstraksi dengan petroleum benzena, c) ekstraksi polifenol dengan pelarut etanol dan air, d) evaporasi, e) pengeringan polifenol, f) pengujian total polifenol, g) pengujian antioksidan, h) pengujian antimikroba.
Dari hasil penelitian tampak bahwa biji inferior terserang C. cramerella Snellen dan P. palmivora Butler masih mampu menghasilkan polifenol dengan kisaran 170 – 196 mg/g. Semua ekstrak polifenol biji kakao normal, biji terserang C.cramerella Snellen dan P. palmivora Butler dapat menghambat bakteri gram negatip Eschericia coli dan bakteri gram positip Bacillus subtilis pada berbagai konsentrasi ekstrak polifenol yang di ujikan (2,5 – 10%). Ekstrak polifenol biji kakao yang terserang C. cramerella memliki daya penghambatan yang lebih luas daripada ekstrak polifenol biji kakao yang terserang P. palmivora .
Proses ekstraksi dengan kombinasi perlakuan pengepresan hidrolik + perendaman petroleum benzene berpengaruh sangat nyata terhadap karakteristik bubuk polifenol kasar terutama pada rendemen bubuk polifenol, dan aktivitas antioksidan. Sedangkan pada warna (kecerahan) dan persentase total polifenol tidak berpengaruh nyata. Sementara perlakuan jenis pelarut alkohol 70% dan air berpengaruh sangat nyata terhadap karakteristik bubuk polifenol kasar pada rendemen bubuk polifenol, aktivitas antioksidan, warna (kecerahan) dan persentase total polifenol. Nilai IC50 ekstrak polifenol terhadap S. mutans berkisar antara 2,1 - 9,7 (mg/ml) atau 0,21% - 0,97% (b/v) secara berturutan. Nilai konsentrasi hambatan minimum untuk C. albicans berkisar antara 1,6% - 4,0% (b/v).
Kata kunci : polifenol, kakao, antioksidan, antimikroba.