PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME FILLER TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN IMPAK DAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH POLYESTER BERPENGUAT SERAT KENAF DENGAN CORE STYROFOAM
Abstract
Material komposit didefinisikan sebagai kombinasi antara dua material atau
lebih yang berbeda bentuk, komposisi kimia, dan tidak saling melarutkan dimana
material yang satu berperan sebagai penguat dan yang lainnya sebagai pengikat
(matrik) serta dapat dilihat secara makroskopik.. Secara alami serat yang berbentuk
panjang mempunyai kekuatan yang lebih dibanding serat yang berbentuk curah (bulk).
Serat panjang mempunyai struktur yang lebih sempurna karena struktur kristal
tersusun sepanjang sumbu serat dan cacat internal pada serat lebih sedikit dari pada
material dalam bentuk curah
Proses persiapan serat kenaf diawali dengan pengambilan tanaman kenaf di
lahan BALITTAS, memasukkan tanaman kenaf ke dalam mesin rebond untuk
mendapatkan serat, dilanjutkan perendaman dengan NaOH 4% dan dibersihkan
dengan air, untuk pengeringan dapat dijemur dibawah sinar matahari, setelah serat
kering dilakukan pemotongan sesuai dengan dimensi cetakan. Pembuatan cetakan
spesimen pengujian impak dan bending menggunakan kaca dengan ketebalan 3 mm
yang mempunyai daerah percetakan 20x20 cm. Komposit dibuat dengan teknik hand
lay-up dimulai dengan menata serat keseluruh permukaan cetakan dan menuangkan
resin sampai menutupi seluruh bagian serat. Variabel yang digunakan variasi fraksi
volume filler sebesar 10%, 20%, 30 dan 40%. Sedangkan parameter yang diamati
adalah kekuatan Impact, kekuatan Bending dan struktur makro patahan setelah
pengujian.
Dari hasil analisa grafik diketahui bahwa terjadi peningkatan kekuatan impak
dan Bending. Diketahui bahwa harga impak rata-rata terendah pada variasi fraksi
volume serat 10% yaitu sebesar 0.14 J/mm², pada fraksi volume serat 20% harga rata-
rata kekuatan impak meningkat 37,5% menjadi 0.20 J/mm², fraksi volume serat 30%
mempunyai harga impak yaitu dengan rata-rata sebesar 0.24 J/mm² atau meningkat
25%. dan fraksi volume serat 40% mempunyai harga impak tertinggi yaitu dengan
rata-rata sebesar 0.30 J/mm² atau meningkat 37,5%
Peningkatan kekuatan mekanis tersebut terjadi karena ikatan yang baik antara
matriks dan serat dengan ditandai banyaknya fiber break pada daerah patahan
spesimen. Jenis patahan yang terjadi adalah patah getas (fracture) terjadi penjalaran
retak yang lebih cepat dengan penyerapan energi lebih sedikit, karena permukaan
patahan dari spesimen ini rata dan tidak terlihat adanya deformasi plastis pada daerah
patahan. Untuk kekuatan bending fraksi volume 10% mempunyai nilai kekuatan
bending terendah yaitu 3,05 Mpa, fraksi volume serat 20% mempunyai kekuatan
bending sebesar 3,65 MPa atau mengalami peningkatan 23,07%, fraksi volume serat
30% mempunyai kekuatan bending rata- rata sebesar 4,63 MPa atau meningkat
37,69%, sedangkan pada fraksi volume 40% mempunyai kekuatan bending tertinggi
yaitu sebesar 5,65 MPa atau meningkat 39,23% dari fraksi volume sebelumnya.
Pada pengamatan struktur makro dapat diketahui bahwa kegagalan atau cacat
yang terjadi baik pada spesimen uji impak maupun spesimen uji bending adalah
adanya serat terlepas atau fibers pull out akibat ikatan yang lemah antara matriks dan
serat, serta terdapat celah pada interface akibat kegagalan matriks mengikat serat
yang jumlahnya terlalu banyak.
Pada pengujian bending, bagian atas spesimen mengalami tekanan dan bagian
bawah mengalami tarikan. Kekuatan tekan komposit sisi atas lebih tinggi
dibandingkan dengan kekuatan tariknya di sisi bawah. Kegagalan yang terjadi akibat
uji bending komposit yaitu mengalami patah pada bagian atas karena tidak mampu
menahan tekanan yang diberikan atau mengalami Indentation pada spesimen uji
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]