INDUKSI SOMATIK EMBRIOGENESIS PRIMER KAKAO (Theobroma cacao L.) MELALUI EKSPLAN PETAL DAN STAMINODIA DENGAN MENGGUNAKAN 2,4-DICHLOROPHENOXY ACETIC ACID DAN BENZILAMINOPURIN
Abstract
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Indonesia
yang memiliki potensi dalam usaha pengembangannya di samping kelapa sawit
dan karet. Luas perkebunan kakao nasional dari tahun ketahun mengalami
peningkatan tetapi produksi kakao masih jauh di bawah potensi produksi
maksimal. Salah satu penyebab turunnya produksi kakao disebabkan teknologi
budidaya oleh petani yang masih sederhana dengan penggunaan bahan tanam
yang mutunya kurang baik serta usia tanaman yang sudah tua sehingga
pemerintah melakukan kegiatan revitalisasi salah satunya peremajaan tanaman
kakao. Keberhasilan peremajaan kakao adalah dengan penerapan inovasi
teknologi termasuk pengadaan bibit kakao bermutu, seragam dan diperoleh dalam
jumlah yang banyak yaitu dengan kultur jaringan. Diantara beberapa teknik kultur
jaringan, somatik embriogenesis menawarkan protokol alternatif dan efisien
dalam regenerasi tanaman. Faktor penting penentu keberhasilan dalam
menginduksi somatik embriogenesis adalah pemilihan jenis eksplan dan
komposisi zat pengatur tumbuh yang tepat.
Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember mulai bulan
Maret 2014 sampai Agustus 2014. Percobaan disusun dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) secara 2 faktor dengan lima ulangan. Faktor
pertama adalah kombinasi zat pengatur tumbuh yang terdiri dari 5 taraf yaitu
A1 (0 ppm 2,4-D + 0 ppm BAP), A2 (1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm BAP), A3 (2
pmm 2,4-D + 1 ppm BAP), A4 (3 ppm 2,4-D + 1,5 ppm BAP), dan A5 (4 ppm
2,4-D + 2 ppm BAP). Faktor kedua jenis eksplan yang terdiri dari 2 taraf yaitu
S1 (petal) dan S2 (staminodia). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
sidik ragam, jika terdapat hasil berbeda nyata maka dilakukan Uji Duncan pada
taraf 5%.
Hasil percobaan menunjukkan hanya terdapat interaksi yang nyata
antara perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh dan jenis eksplan terhadap
parameter waktu terbentuknya kalus. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh
kombinasi zat pengatur tumbuh 3 ppm 2,4-D + 1,5 ppm BAP dengan
menggunakan eksplan staminodia yang menghasilkan persentase eksplan
berkalus 54,94%, berat segar kalus 1,09 gr dengan tekstur remah dan berwarna
putih.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]