PEMANFAATAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) TERHADAP PENURUNAN KADAR MERKURI (Hg) LIMBAH CAIR PADA PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI)
Abstract
Suatu kegiatan atau aktivitas manusia dalam suatu usaha maka akan terjadi
suatu dampak, baik itu dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatif dari
suatu kegiatan usaha manusia adalah sisa hasil kegiatan yang tidak dipakai yaitu
berupa limbah. Air limbah dari pertambangan emas salah satunya adalah
mengandung unsur logam berat berupa merkuri (Hg), penggunaan merkuri (Hg)
dalam industri-industri seperti pertambangan emas akan menyebabkan adanya suatu
pencemaran lingkungan. Pertambangan emas tanpa izin yang berada di daerah
Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi masih belum menerapkan
pengolahan limbah yang layak. Sisa hasil pengolahan emas dibuang dalam sebuah
kubangan besar yang menyerupai kolam (bak ekualisasi). Bak ekualisasi hanya
berguna untuk menampung hasil dari air limbah sehingga tidak ada proses yang
berkelanjutan untuk mengolah limbah cair maka, keadaan tersebut didukung kuat
oleh hasil uji laboratorium awal yang menunjukan hasil limbah kadar Hg melebihi
baku mutu lingkungan yaitu sebesar 0,038 ppm. Eceng gondok (Eichhornia
crassipes) merupakan salah satu jenis tanaman air yang memiliki kemampuan untuk
menyerap dan mengakumulasi logam berat. Oleh karena itu, penulis ingin
mengetahui pengaruh eceng gondok terhadap penurunan kadar Hg.
Metode Penelitian ini adalah eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui
penurunan kadar merkuri (Hg) terhadap eceng gondok. Pada penelitian ini dibagi 4
perlakuan yaitu, perlakuan tanpa pemberian eceng gondok atau disebut dengan
kelompok kontrol (K), perlakuan pertama pemberian eceng gondok seberat 300 gr/L
disebut dengan X1, perlakuan kedua pemberian eceng gondok seberat 400 gr/L
disebut dengan X2, perlakuan ketiga pemberian eceng gondok seberat 500 gr/L
ix
disebut dengan X3. Masing-masing dari perlakuan tersebut mengalami pengontrolan
yang sama yaitu berupa kadar pH harus 7-7,5 dan waktu detensi eceng gondok kontak
dengan air limbah selama 9 hari. Pada penelitian ini juga melakukan uji statistik one
way anova untuk mengetahui perbedaan nilai kadar merkuri (Hg) tiap antar
kelompok.
Hasil penelitian ini adalah nilai kadar merkuri (Hg) pada air limbah
pertambangan emas tanpa pemberian eceng gondok sebagai kontrol (K) memiliki
nilai rata-rata sebesar 0,0178 mg/L. Nilai kadar merkuri (Hg) pada air limbah
pertambangan emas dengan penambahan eceng gondok seberat 300 g/L (X1)
mempunyai nilai sebesar 0,0126 mg/L. Rata-rata penurunan kadar merkuri (Hg)
sebesar 0,0052 mg/L (30,6%) dari 0,0178 mg/L menjadi 0,0126 mg/L. Nilai kadar
merkuri (Hg) pada air limbah pertambangan emas dengan penambahan eceng gondok
seberat 400 g/L (X2) mempunyai nilai sebesar 0,0065 mg/L. Rata-rata penurunan
kadar merkuri (Hg) sebesar 0,0113 mg/L (63,4%) dari 0,0178 mg/L menjadi 0,0065
mg/L. Nilai kadar merkuri (Hg) pada air limbah pertambangan emas dengan
penambahan eceng gondok seberat 500 g/L (X3) mempunyai nilai sebesar 0,0036
mg/L. Rata-rata penurunan kadar merkuri (Hg) sebesar 0,0142 mg/L (63,4%) dari
0,0178 mg/L menjadi 0,0036 mg/L. Terdapat perbedaan kadar merkuri (Hg) secara
signifikan antara kontrol (K) dengan air limbah pertambangan emas dengan
pemberian eceng gondok sebanyak 300 gr/L (X1), 400 gr/L (X2) dan 500 gr/L (X3)
dengan nilai signifikansi secara berturut-turut adalah 0,00. Perlakuan yang paling
efektif dalam menurunkan kadar merkuri (Hg) adalah pada perlakuan ketiga (X3)
pemberian eceng gondok sebanyak 500 gr/L pada air limbah pertambangan emas
selama 9 hari dengan nilai rata-rata 0,0035mg/L dibawah Baku Mutu Lingkungan
(BML).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk pengolahan
air limbah terkait penggunaan eceng gondok dalam menurunkan kadar merkuri (Hg)
pada air limbah pertambangan oleh pemilik tambang, Dinas Kesehatan dan Kantor
Lingkungan Hidup.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]