HUBUNGAN DERAJAT KECEMBUNGAN JARINGAN KERAS DENGAN JARINGAN LUNAK WAJAH PADA POPULASI JAWA DAN TIONGHOA DI FKG UNIVERSITAS JEMBER
Abstract
Perawatan gigi geligi di bidang Ortodonti bertujuan untuk mendapatkan
oklusi gigi geligi yang baik sehingga penampilan estetika wajah memuaskan.
Penilaian terhadap estetika wajah yang memuaskan berbeda pada setiap individu dan
dipengaruhi oleh ras serta berdasarkan pengalaman budaya yang berkembang di
tempat individu tersebut berasal. Populasi Jawa dan Tionghoa sama-sama berasal dari
ras Mongoloid, tetapi berasal dari sub ras yang berbeda. Setiap ras memiliki
perbedaan fisik yang membedakan ras satu dengan yang lain. Perbedaan fisik tersebut
terlihat pada kecembungan jaringan keras dan profil jaringan lunak wajah. Hubungan
kecembungan jaringan keras dengan profil jaringan lunak wajah berperan penting
sebagai penilaian estetika wajah secara keseluruhan. Hubungan kecembungan
jaringan keras dengan profil jaringan lunak wajah dapat diketahui dengan cara
mengukur derajat kecembungan jaringan keras dan jaringan lunak wajah. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui hubungan derajat kecembungan jaringan
keras dengan jaringan lunak wajah pada populasi Jawa dan Tionghoa.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan dengan
rancangan penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai
November 2014. Sampel yang digunakan berjumlah 4 orang sampel Jawa dan 4
orang sampel Tionghoa yang dipilih berdasarkan kriteria sampel. Sampel Jawa dan
Tionghoa yang memenuhi kriteria diminta untuk melakukan foto sefalometri. Hasil
foto sefalometri yang didapatkan kemudian dilakukan tracing dan pengukuran.
Pengukuran derajat kecembungan jaringan keras wajah menggunakan metode Downs,
sedangkan untuk jaringan lunak wajah menggunakan metode Holdaway.
vii
Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan uji KolmogorovSmirnov
kemudian uji Levene-test dan didapatkan hasil bahwa data terdistribusi
normal dan homogen. Analis data dilanjutkan dengan uji parametrik Independent ttest
dan korelasi Pearson. Pada uji parametrik Independent t-test didapatkan tingkat
signifikansi dibawah 0,05 (p<0,05). Hal tersebut menandakan bahwa derajat
kecembungan jaringan keras populasi Jawa berbeda dengan populasi Tionghoa dan
derajat kecembungan jaringan lunak populasi Jawa berbeda dengan populasi
Tionghoa. Populasi Jawa memiliki rata-rata derajat kecembungan jaringan keras
sebesar 7,708° dan jaringan lunak sebesar 13,208°. Populasi Tionghoa memiliki ratarata
derajat kecembungan jaringan keras sebesar 3,916° dan jaringan lunak sebesar
8,208°. Pada uji korelasi Pearson didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,006 untuk
populasi Jawa dan sebesar 0,004 untuk populasi Tionghoa (p<0,05). Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara derajat
kecembungan jaringan keras dengan jaringan lunak wajah pada populasi Jawa dan
Tionghoa di FKG Universitas Jember.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]