KETERLIBATAN REMAJA SEKOLAH PADA PERTAMBANGAN ILEGAL DI GUNUNG MANGGAR
Abstract
Keterlibatan Remaja Sekolah pada Pertambangan Ilegal di Gunung Manggar.
Rivan Ardi Yuniangga; 100910302041; 2015; 111 Halaman; Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Jember.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keterlibatan remaja dalam
pertambangan ilegal di Gunung Manggar Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan
Kabupaten Jember. Jika pada umumnya remaja disibukkan dengan kegiatan belajar,
maka dalam penelitian ini peneliti akan membahas remaja yang terlibat dalam
pertambangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan
keterlibatan remaja yang masih duduk di bangku sekolah yang terlibat dalam
pertambangan ilegal.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
dengan lokasi di Gunung Manggar Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan Kabupaten
Jember. Metode yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan tekhnik
purposive sampling. Tekhnik penggunaan data pada penelitian ini adalah dengan cara
observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk melakukan validitas data pada
penelitian ini menggunakan triangulasi. Sedangkan proses analisis dilakukan dimulai
dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini, menemukan bahwa Remaja usia sekolah di sekitar
Gunung Manggar Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan mengalami pergeseran dari
hanya seorang remaja sekolah menjadi penambang. Penambang remaja mengalami
perubahan orientasi dari remaja desa biasa hingga bercita-cita menjadi penambang
emas dewasa di kemudian hari. Kebutuhan ekonomi keluarga, mengharuskan remaja
memilih terjun dan turut dalam pertambangan liar, walaupun membahayakan diri
mereka sendiri. Ajakan orang tua pun menjadi salah satu alasan terlibatnya mereka
pada pertambangan ilegal di Gunung Manggar tersebut.
Dari hasil penelitian dan temuan diatas kemudian peneliti olah dengan
menggunakan pisau teori voluntari aksi. Mereka mendapatkan hasil dan dari hasil
kerja keras itu, dan mereka tetap tidak meninggalkan atribut seragam sebagai seorang
siswa sekolah.
Remaja yang terlibat dalam pertambangan merupakan siswa yang masih
duduk di bangku sekolah. Dalam kasus ini mereka harus membagi waktu sekolah
dengan menambang. Pada awalnya orientasi mereka hanya sebatas ikut-ikutan dan
mengisi waktu senggang di luar sekolah. Dengan hasil yang didapatkan dari
pertambangan, mereka secara terus-menerus melakukan perbuatan tersebut. Sehingga
pada akhirnya orientasi mereka mengalami pergeseran dari sekedar ikut-ikutan,
mengisi waktu senggang menjadi penambang dewasa nanti. Sehingga dalam
melakukan aktifitasnya remaja harus membagi waktu menambang dengan sekolah.
Mereka saat ini tereksploitasi dengan kejadian tersebut karena orang tua yang
mengajak manambang. Sehingga dalam perjalanannya mereka seolah mengalami
keterpaksaan dalam melakukan kegiatan mereka.