PEMANFAATAN TANAH GUMUK KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER SEBAGAI QUARRY UNTUK BAHAN LAPIS PONDASI JALAN
Abstract
emanfaatan Tanah Gumuk Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
sebagai Quarry untuk Bahan Lapis Pondasi Jalan, Mukhamad Hidayat
Musafah, 101910301028; 2014: 54 Halaman; Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Jember.
Jember merupakan kabupaten di Jawa Timur yang mempunyai banyak
gumuk, sehingga klasifikasi tanah pada sebagian daerah di Kabupaten Jember
mempunyai kaitan erat dengan formasi gumuk. Banyak manfaat yang dapat
diambil dari keberadaan gumuk, namun selama ini pemanfaatannya kurang
optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian, pengetahuan sifat, pengadaan
dan pengolahan lebih lanjut untuk mengoptimalkan pemanfaatan gumuk.
Dalam penelitian ini sampel yang diambil berjumlah 4 yang terletak di Desa
Darsono dan Desa Biting. Sampel 1 berada pada Desa Darsono dengan koordinat
-8˚6’45.2” 113˚43’34.06”, ketinggian 12 m dan luasan 4.156
, sampel 2
terletak pada koordinat -8˚6’30.95” 113˚43’14.11”, ketinggian 13 m dan luasan
5.572
, sampel 3 terletak pada koordinat -8˚6’21.43” 113˚43’12.97”,
ketinggian 13 m dan luasan 4.847
dan sampel 4 yang terletak di Desa Biting
dengan koordinat -8˚6’54.2088” 113˚45’11,3436”, ketinggian 9m dan luasan
2.826
.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu hasil dari beberapa
pengujian bahwa material tanah gumuk dari beberapa quarry di Kecamatan Arjasa
dapat digunakan sebagai salah satu bahan lapis pondasi jalan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pengujian
Atterberg Limits, Analisa Saringan, CBR dan Abrasi Agregat dmenggunakan
mesin Los Angels.
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa material di Kecamatan Arjasa
memiliki nilai IP yang masuk pada spesifikasi untuk bahan lapis pondasi baik
subbase maupun base coarse dan nilai CBR yang sesuai dengan spesifikasi bahan
lapis pondasi jalan kelas C dengan nilai minimal 35%. Namun untuk pengujian
analisa saringan dan abrasi agregat, semua material tidak memenuhi spesifikasi.
Oleh karena itu perlu dilakukan pencampuran dengan 75% agregat dari luar dan
25% material dari Kecamatan Arjasa yang mana campuran ini harus memiliki
nilai abrasi minimal 40%.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4097]