ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA MENGGUNAKAN MATH EXEMPLARS PADA SUB POKOK BAHASAN PERSEGI DI KELAS VII-F SMP NEGERI 4 JEMBER
Abstract
Analisis Proses Berpikir Siswa Menggunakan Math Exemplars pada sub
pokok bahasan Persegi di Kelas VII-F SMP Negeri 4 Jember; Fajri Maulana,
110210101014; 2014; 93 halaman; Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Jember.
Pembelajaran matematika merupakan bagian integral dari pendidikan
nasional, memegang peran sangat penting bagi perkembangan ilmu dan teknologi.
Pembelajaran matematika berkaitan dengan masalah yang biasanya berupa
pertanyaan atau soal yang harus dijawab. Pembelajaran matematika merupakan
suatu proses yang dialami siswa yang hasilnya berupa perubahan pengetahuan,
sikap, keterampilan, dalam menerapkan konsep-konsep, struktur, dan pola dalam
matematika sehingga dapat menjadikan siswa berpikir logis, kreatif, dan
sistematis dalam kehidupan sehari-hari.
Pada proses pembelajaran terdapat interaksi antara siswa dengan dirinya
sendiri. Interaksi tersebut merupakan bentuk komunikasi internal yang dibentuk
siswa dalam menyikapi permasalahan yang diberikan oleh guru. Hal inilah yang
sering disebut dengan berpikir. Proses berpikir merupakan aktivitas mental yang
dialami siswa ketika dihadapkan pada suatu permasalahan yang mengarah pada
pemecahan masalah (problem solving) dan mereka berusaha untuk menemukan
solusinya melalui proses yang dituliskan pada lembar kerja. Dari lembar kerja
tersebut peneliti dapat mengetahui langkah-langkah sistematis sesuai dengan
aktivitas kognitif yang dialami siswa.
Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap proses berpikir siswa
menggunakan math exemplars pada sub pokok bahasan persegi. Jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang didahului
dengan pengembangan instrumen exemplars task, exemplars rubric, dan pedoman
viii
wawancara. Exemplars task yang digunakan adalah permasalahan terbuka tentang
kehidupan sehari-hari dalam materi persegi. Sedangkan, Exemplars rubric yang
digunakan adalah Standards-based Math Rubric yang dimodifikasi dengan
menambahkan indikator sesuai dengan exemplars task yang dibuat.
Pendeskripsian pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan gambaran
mengenai proses berpikir siswa berdasarkan Exemplars rubric dalam
menyelesaikan Exemplars task pada sub pokok bahasan persegi. Instrumen yang
digunakan exemplars task, exemplars rubric, pedoman wawancara dan lembar
validasi pedoman wawancara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
metode tes dan metode wawancara. Analisis data dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis adalah data hasil tes exemplars
task dan hasil wawancara mendalam terhadap jawaban siswa.
Berdasarkan data hasil validasi exemplars task didapatkan koefisien
korelasi pada masing-masing standar NCTM meliputi pemecahan masalah (0,63),
kemampuan memberi alasan dan bukti (0,41), kemampuan mengkomunikasikan
(0,87), kemampuan mengkaitkan (0,50), dan kemampuan menyajikan (O,55). Dari
hasil validasi maka dapat disimpulkan bahwa exemplars task yang dibuat adalah
valid dan bisa digunakan. Setelah itu dilakukan uji validitas pedoman wawancara.
Dari hasil pada lembar validasi pedoman wawancara oleh ketiga validator maka
dapat disimpulkan bahwa pedoman wawancara bisa diganakan dengan ada sedikit
revisi terkait dengan bahasa yang digunakan untuk kalimat tanya.
Berdasarkan analisis proses berpikir dalam memecahkan exemplars task di
atas, dapat diketahui bahwa S1 masuk dalam ranah Practitioner dan S2
mengalamai klasifikasi yang sama dengan S3 yaitu pada ranah Apprentice. S1
masuk dalam ranah Practitioner karena mampu memenuhi setiap indikator pada
exemplars rubric dalam standar NCTM yang meliputi standar pemecahan
masalah, kemampuan memberi alasan dan bukti, kemampuan
mengkomunikasikan, kemampuan mengkaitkan, serta kemampuan menyajikan.
S2 seharusnya mampu masuk kedalam ranah Practitioner, namun hal ini
ix
dikarenakan S2 tidak mau mengungkapkan dua langkah awal yaitu mengkonversi
satuan luas lahan dan target produksi. Hal ini bisa dilihat dari cuplikan wawancara
yang dilakukan dari P21025 sampai S21026 yang menegaskan bahwa S2 tidak
melakukan konversi satuan dikarenakan takut pekerjaannya bertambah banyak.
Padahal, S2 tahu bahwa langkah konversi satuan diperlukan. Hal ini bisa dilihat
ketika S2 melakukan pengitungan pencarian luas lahan yang diperlukan dia
memerlukan konversi target produksi terlebih dahulu untuk menemukan hasilnya
(S21034). Selain itu S2 juga mengalami sedikit kendala dalam kemampuan
mengkomunikasikannya. Hal ini bisa dilihat dari S2 yang hanya menuliskan
kalimat yang menegaskan hasil akhirnya saja, tanpa ada di masing-masing
langkah yang dilakukan, sehingga membuat siswa tidak mengetahui apa yang dia
dapat dari langkah-langkah sebelumnya. Sedangkan, untuk S3 juga mengalami
kendala pada standar pemecahan masalah dan kemampuan mengkomunikasikan.
Hal ini dikarenakan pada standar pemecahan masalah S3 hanya mengarah pada
strategi yang sifatnya final tanpa ada strategi awal untuk menuju penyelesaian.
Kemudian, pada standar mengkomunikasikan S3 juga hanya menuliskan kalimat
yang menegaskan hasil akhirnya saja, tanpa ada di masing-masing langkah yang
dilakukan, sehingga membuat S3 tidak mengetahui apa yang dia dapat dari
langkah-langkah sebelumnya.