PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA (Studi Kasus di Sekolah Luar Biasa Bagian C Taman Pendidikan dan Asuhan (SLB-C TPA) pada tingkat SDLB-C TPA Kabupaten Jember)
Abstract
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peran guru dalam proses
pembelajaran anak berkebutuhan khusus tunagrahita. Kelompok sasaran dalam
penelitian ini adalah guru yang mengajar di SLBC TPA Kabupaten Jember pada
tingkat SDLB-C. Peran guru di sekolah luar biasa merupakan peran guru yang
menarik dibandingkan guru pada umumnya karena yang mereka hadapi adalah
anak berkebutuhan khusus bukan anak normal seperti pada umumnya.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan, menjelaskan atau
memaparkan peran guru dalam proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus
tunagrahita di SLB-C TPA Kabupaten Jember pada tingkat SDLB-C. Dalam
penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik penentuan
informan menggunakan teknik purposive. Metode pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul
kemudian dianalisis, dalam menguji keabsahan data, penelitian ini menggunakan
teknik trianggulasi.
Hasil penelitian membuktikan bahwa peran guru dalam proses pembelajaran
anak berkebutuhan khusus tunagrahita terdapat 5 peran yaitu peran sebagai
demonstrator, motivator, mediator, fasilitator dan evaluator. Dalam proses
pembelajaran anak tunagrahita lebih sering meniru apa yang dilakukan oleh
gurunya, selain itu didalam setiap pelajaran guru harus lebih banyak
memperagakan apa yang diajarkan. Hal tersebut dilakukan karena anak
tunagrahita bisa lebih menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya. Selain itu
anak tunagrahita lebih sering meniru apa yang dilakukan oleh gurunya, artinya
didalam setiap pelajaran guru harus lebih banyak memperagakan apa yang
diajarkan. Pentingnya motifasi bagi anak berkebutuhan khusus tunagrahita
sangatlah besar, karena dengan adanya motivasi berupa dukungan dan dorongan
vii
dari guru dalam proses belajarnya akan mampu menambah kepercayaan diri anak
dalam belajar. Tetapi dalam penyampaian motivasi tidak boleh sembarang harus
sesuai dengan metode dan sesuai dengan kondisi anak tersebut, yaitu kondisi anak
tunagrahita yang mampu didik dan mampu latih, sehingga dalam pemberian
motivasi tidak semudah seperti memberikan motivasi pada anak normal, tetapi
guru harus memiliki kesabaran. Dalam proses belajar mengajar guru
mengupayakan dan memposisikan diri untuk menjadi perantara atau penghubung
anak tunagrahita meskipun dalam menyampaikan peran ini terdapat kendala yaitu
karena keterbatasan yang dimiliki anak tunagrahita maka menjadi kesulitan
tersendiri untuk mengingat dan menyerap pelajaran yang disampaikan. Karena
anak tunagrahita sering kali lupa dengan pelajaran yang telah diajarkan di hari
sebelumnya. Dengan demikian pendidikan tunagrahita khususnya tingkat SDLBC
dibutuhkan 2 orang guru dalam 1 kelasnya karena apabila menggunakan
metode pendekatan secara individual murid yang lainnya masih tetap
mendapatkan perhatian. Kelengkapan fasilitas dalam suatu sekolah sangat
menunjang dalam proses belajar mengajar terutama pada SLB-C Selain pelajaran
umum, ABK tunagrahita juga diberikan keterampilan tujuan supaya fungsi sosial
anak tunagrahita tercapai dan tidak mengalami ketergantungan pada orang lain.
Selain itu guru berusaha memfasilitasi atau menyediakan kebutuhan anak dan
mampu melakukan setiap apa yang dibutuhkan oleh anak. Evaluasi dilakukan
setiap harinya, supaya lebih muda mengetahui perkembanagn muridnya, karena
berguna dalam membantu mengingatkan pelajaran yang sudah dipelajari, dalam
evaluasi tersebut akan ditemukan apakah pelajaran yang sudah di ajarkan sudah
dimengerti oleh anak-anak atau masih belum dimengerti. Jadi dengan evaluasi
kelemahan anak dalam pelajaran tertentu akan diketahui. Selain itu guru juga
melakukan evaluasi dengan orang tua dengan mengadakan pertemuan tiap akhir
semster, yang di lakukan pada saat pengambilan raport atau laporan hasil semester
disetiap akhir semesternya.
Kata kunci : peran guru, proses pembelajaran, tunagrahita