UJI ALERGENITAS PROTEIN UMBI PORANG (Amorphophallus muelleri Blume.) DENGAN METODE WESTERN BLOT
Abstract
Uji Alergenitas Protein Umbi Porang (Amorphophallus muelleri Blume.) dengan
Metode Western Blot; Aru Mahendra Wibowo, 092210101049; 2014; 57 halaman;
Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Porang (Amorphophallus muelleri Blume.) dari suku Araceae merupakan
tanaman yang hidup di daerah tropis dan tumbuh hampir di seluruh hutan di
Indonesia. Porang banyak dibudidayakan di kawasan hutan Jawa Timur oleh
masyarakat bekerjasama dengan Perum Perhutani Unit II. Porang tersebar luas di
daerah hutan jati Nganjuk, Ngawi, Bojonegoro, dan Madiun dengan luas areal
masing-masing 55.000 Ha, 45.000 Ha, 60.000 Ha, dan 75.000 Ha. Pada tahun 2009,
produksi porang di Jawa Timur mencapai 600-1.000 ton chip kering, sedangkan
kebutuhan industri mencapai 3.400 ton chip kering. Dalam meningkatkan nilai jual
umbi porang, perlu ditemukan manfaat lain umbi porang. Umbi porang memiliki
kandungan berupa protein. Secara umum, beberapa protein pada tanaman dapat
menimbulkan alergi, misalnya protein pada gandum (30-50 kDa) dan kedelai (55
kDa). Belum diketahui secara pasti apakah protein dalam porang dapat menyebabkan
alergi. Oleh karena itu, dilakukan uji alergenitas pada protein porang yang diharapkan
nantinya kandungan protein pada porang tidak menimbulkan alergi. Umbi porang
diekstraksi berdasarkan kelarutannya ke dalam empat pelarut yang berbeda yaitu air,
garam (NaCl 5%), basa (NaOH 0,02 M), dan alkohol (etanol 70%). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola protein umbi porang dalam ekstrak air,
garam, basa, dan alkohol terhadap alerginesitas secara umum.
Pembuatan ekstrak protein umbi porang dilakukan dengan ekstraksi bertingkat,
mula-mula merendam simplisia dalam pelarut air selama 4 jam pada suhu ruang,
kemudian disentrifugasi 5.000 rpm selama 20 menit pada suhu 20ºC dan diambil
supernatannya. Selanjutnya residu diekstraksi dengan NaCl 5%, disentrifugasi 5.000
rpm selama 20 menit pada suhu 20ºC dan diambil supernatannya. Residu yang
viii
dihasilkan lalu diekstrasi dengan NaOH 0,02 M, disentrifugasi 5.000 rpm selama 20
menit pada suhu 20ºC dan diambil supernatannya, dan terakhir residu yang dihasilkan
diekstraksi dengan etanol 70%, disentrifugasi 5.000 rpm selama 20 menit pada suhu
20ºC juga diambil supernatannya. Supernatan dari keempat pelarut kemudian
dikeringkan pada suhu 4
º
C dengan menggunakan oven vakum sehingga didapatkan
ekstrak kering. Ekstrak kering protein umbi porang diresuspensikan dengan Buffer
Tris HCl pH 8 10x berat ekstrak kering.
Hasil analisis profil protein dengan SDS-PAGE 12,5% menggunakan pewarna
coomassie brilliant blue (CBB) diperoleh pita protein larut air dengan berat molekul
sekitar 18 kDa, 19 kDa, 20 kDa, 22 kDa, 25 kDa, 27 kDa, 28 kDa dan 33 kDa, berat
molekul protein larut NaCl 5% sekitar 26 kDa dan 31 kDa, berat molekul protein
larut NaOH 0,02 M sekitar 31 kDa, dan berat molekul etanol 70% sekitar 26 kDa dan
31 kDa. Hasil uji alergenitas dengan metode Western Blot menggunakan antibodi
primer anti-human IgE serum dan antibodi sekunder alkaline phospatase (AP)
conjugated menunjukkan bahwa protein yang larut dalam pelarut air, NaCl 5%,
NaOH 0,02 M, dan etanol 70% serta kontrol negatif tidak mengandung protein
alergen, sedangkan pada kontrol positif (protein albumin yang diisolasi dari gandum)
menunjukkan adanya pita protein alergen pada berat molekul 27 kDa. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa protein larut air, NaCl 5%, NaOH 0,02 M, dan etanol 70% umbi
porang tidak memiliki protein penyebab alergi.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]