PENENTUAN KADAR BESI DI AIR SUMUR PERKOTAAN, PEDESAAN DAN DEKAT PERSAWAHAN DI DAERAH JEMBER SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Abstract
Air sumur merupakan jenis air tanah yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat, seperti di daerah Jember, air sumur banyak dimanfaatkan untuk mencuci,
mandi, memasak bahkan dikonsumsi. Air untuk dikonsumsi perlu memiliki kualitas
yang baik. Besi adalah salah satu ion yang terdapat dalam air sumur yang ikut
berperan dalam menentukan kualitas air. Kandungan besi tidak berbahaya selama
tidak melebihi ambang batas, tetapi jika berlebihan dapat berdampak negatif, seperti
menyebabkan ketidakseimbangan logam di dalam tubuh, menyebabkan air berwarna
kemerahan, mengakibatkan karat pada peralatan logam, memudarkan bahan celupan
(dyes) dan tekstil, serta menyebabkan air berasa logam.
Keberadaan besi di air sumur di setiap lokasi diduga dipengaruhi oleh faktor
pencemaran disekitarnya. Di daerah perkotaan dengan jumlah penduduk yang padat
dan limbah buangan yang besar diduga akan memberikan kadar besi lebih tinggi
daripada di pedesaan yang jumlah penduduk dan limbah buangannya lebih sedikit. Di
daerah dekat persawahan yang memiliki kemungkinan pencemaran air tanah oleh
adanya rembesan air akibat pemberian pupuk di sawah diduga akan memiliki kadar
besi yang tinggi pula. Selain itu, terdapat pula parameter yang lain, seperti:
konduktivitas, oksigen terlarut dan kekeruhan yang juga berperan dalam menentukan
kualitas air sumur dan diduga memiliki hubungan dengan keberadaan besi. Oleh
karena itu, dari paparan masalah di atas, perlu untuk mengetahui [1] seberapa besar
jumlah besi yang ada dalam air sumur di pedesaan, perkotaan dan dekat persawahan
serta pola distribusi dari besi, [2] hubungan dari konsentrasi besi dengan
konduktivitas, oksigen terlarut dan kekeruhan, [3] menentukan kualitas air sumur
menurut parameter konsentrasi besi, konduktivitas, oksigen terlarut dan kekeruhan. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel di daerah dengan tiga
karakter yang berbeda, yaitu di Wirowongso (pedesaan), Kepatihan (perkotaan) dan
Karangrejo (dekat persawahan). Setiap daerah diambil enam titik secara random
sampling dengan kriteria pedesaan, jarak antar rumah cukup berjauhan (lebih dari
sama dengan 3 meter) dengan sanitasi yang baik dan limbah yang dihasilkan berasal
dari kegiatan domestik, perkotaan, jarak antar rumah berdekatan (kurang dari 3
meter), dekat dengan pertokoan atau pasar dan limbah yang dihasilkan berasal dari
kegiatan domestik yang padat penduduk dan limbah pasar atau pertokoan, dekat
persawahan, jarak antara sumur dengan sawah di daerah tersebut 3-5 meter. Sampel
diambil dari air sumur terbuka yang digunakan untuk dikonsumsi dengan cara
ditimba dan diambil sekali dalam 3 botol 600 mL untuk 3 kali pengulangan.
Pengukuran oksigen terlarut, konduktivitas dan pH dilakukan di lapang dengan alat
portable, sedangkan pengukuran besi dan kekeruhan dilakukan di laboratorium kimia
FMIPA UNEJ. Pola distribusi dari besi di ketiga lokasi dianalisa dengan anova
oneway. Sedangkan korelasi dari konsentrasi besi dengan konduktivitas, oksigen
terlarut dan kekeruhan dianalisa dengan mencari nilai koefisien korelasinya.
Konsentrasi Fe total, Fe
2+
dan Fe
3+
secara berurut-urut di daerah perkotaan
0,3059; 0,0241 dan 0,2818 ppm yang memiliki nilai lebih besar daripada di daerah
pedesaan 0,0908; 0,0105 dan 0,0805 ppm dan lebih kecil daripada di daerah dekat
persawahan 0,4937; 0,1409 dan 0,3558 ppm dengan pola distribusi dari Fe total, Fe
dan Fe
2+
di setiap lokasi memberikan rata-rata distribusi yang berbeda. Terdapat
korelasi yang kuat antara konsentrasi besi dengan konduktivitas dan oksigen terlarut,
terdapat korelasi yang cukup kuat antara konsentrasi besi dengan kekeruhan. Kualitas
air sumur menurut KEPMENKES RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 di pedesaan,
perkotaan, dan dekat persawahan dilihat dari parameter kekeruhan, oksigen terlarut
dan konduktivitas memiliki kualitas air yang baik sebagai air minum. Sedangkan
dilihat dari kadar besinya, sampel pedesaan di Wirowongso dan perkotaan K2 (Jl.
KH. Wachid Hasyim VII), K5 (Jl. Sultan Agung IV) dan K6 (Jl. Sultan Agung III)
memiliki kualitas baik sebagai air minum, tetapi di dekat persawahan di Karangrejo
dan K1 (Jl. Trunojoyo VIII di Gang depan Gramedia), K3 (Jl. Trunojoyo IX), K4 (Jl.
Dr. Sutomo VI), air sumur tidak memenuhi standart sebagai air minum.