PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA TEMA PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER KELAS III SEMESTER II SDN 2 KARANGBENDO KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Abstract
Hasil belajar pada observasi awal menunjukkan bahwa kondisi
pembelajaran PKN sampai saat ini masih belum optimal. Mata pelajaran PKN
dianggap sebagai salah satu mata pembelajaran yang kurang begitu penting
dibanding mata pembelajaran lainnya misalnya mata pembelajaran IPA. Hal ini
yang menjadikan penghambat siswa untuk berminat terhadap mata pelajaran PKN
dan mengakibatkan sulitnya kemampuan siswa dalam memahami soal dan materi
yang diberikan oleh guru. Factor selanjutnya adalah metode pembelajaran yang
diberikan oleh guru bersifat monoton, guru cenderung memberikan materi dengan
cara berceramah tanpa adanya variasi model pembelajaran yang digunakan. Hal in
dapat diketahui dari hasil belajar siswa pada observasi awal dengan hasil belajar
siswa klasikal sebesar 53,84 %.
Kecenderungan proses belajar mengajar di sekolah yang menggunakan
metode ceramah tanpa adanya variasi model pembelajaran mengakibatkan siswa
menjadi pasif, sehingga menyebabkan pembelajaran menjadi membosankan dan
menjadikan siswa malas belajar, ramai, berbicara dengan temannya bahkan ada
yang tertidur sehinga menjadikan kegiatan pembelajaran tidak menarik untuk
diikuti. Salah satu model pembelajaran yang dapat di jadikan alternatif untuk
mendorong semangat belajar siswa agar tidak bosan dan memperhitungkan
karakteristik siswa sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah sistem
pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama
dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan menggunakan model
Numbered Head Together (NHT) sebagai salah satu model dalam pembelajaran
kooperatif. NHT dalam implementasinya guru memberi tugas, siswa berdiskusi
untuk menyelesaikan tugasnya, kemudian guru menunjuk satu nomor siswa dan
hanya siswa bernomor yang berhak menjawabnya, tujuannya untuk mencegah
dominasi siswa tertentu. Peneliti memilih NHT sebagai model pembelajaran yang
akan digunakan dalam penelitian karena NHT ini memiliki keunggulan yaitu
adanya sistem penomoran, adanya sistem penomoran ini memungkinkan setiap
anggota dari kelompok berusaha untuk memahami jawaban atas pertanyaan yang
diberikan serta memacu siswa untuk tidak sepenuhnya menggantungkan diri pada
siswa lain yang lebih pintar dan siswa akan mengembangkan kemampuannya untuk
memahami materi yang diajarkan, sehingga setiap siswa aktif dalam pembelajaran
dan diharapkan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Media gambar ini
digunakan untuk membantu siswa lebih memahami materi yang sifatnya abstrak
menjadi konkret sehingga siswa lebih termotivasi dan berkonsentrasi untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan di SDN 2 Karangbendo Kecamatan Kabupaten Banyuwangi. Subjek
penelitiannya adalah semua siswa kelas III semester genap Tahun Pelajaran
2011/2012 sebanyak 26 siswa, dengan 4 siswa berkemampuan akademik tinggi, 17
siswa berkemampuan akademik sedang dan 5 siswa berkemampuan akademik
rendah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes,
wawancara dan dokumentasi. Peneliltian dilaksanakan dalam dua siklus , pada
siklus I dilakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT). Hal-hal yang dilakukan pada siklus I dan II
adalah (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi. Setiap siklus
terdiri dari tiga kali pertemuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa secara klasikal
meningkat, sebelum dilakukan tindakan hasil belajar siswa secara klasikal sebesar
60%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I tingkat ketuntasan belajar siswa
secara klasikal meningkat menjadi 76% dan pada siklus II tingkat ketuntasan
belajar siswa meningkat menjadi 75% dengan kualifikasi hasil belajar sangat tinggi
memperoleh persentase sebesar 18,75% serta peningkatan aktivitas siswa setelah
dilakukan tindakan pada siklus I pertemuan I sebesar 58,17 %, pertemuan 2 sebesar
61,05%. Sedangkan pada siklus II pertemuan I sebesar 65,62 % serta pertemuan 2
meningkat menjadi 69,46 % dengan kualifikasi aktivitas tinggi memperoleh
persentase sebesar 11,29 %.