PENGARUH POSISI KERJA TERHADAP KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA PEKERJA SEPATU DI KAMPUNG SEPATU, KELURAHAN MIJI, KECAMATAN PRAJURIT KULON, KOTA MOJOKERTO
Abstract
RINGKASAN
Pengaruh Posisi Kerja Terhadap Kejadian
Low Back Pain pada Pekerja di
Kampung Sepatu, Kelurahan Miji, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota
Mojokerto
; Khulaida Fatila Hayati, 102010101055; 2013; 70 halaman; Fakultas
Kedokteran Universitas Jember.
Kampung Sepatu adalah perkampungan bagi sentra perajin sepatu di Kelurahan
Miji, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto yang telah dikembangkan sejak
tahun 1990. Sejak berdirinya, pengelolaan usaha dilakukan secara tradisional dan
berjalan apa adanya, baik manajemen, proses produksi, pengemasan, sampai
dengan sistem pemasaran dan tanpa adanya upaya perbaikan pengelolaan
(manajemen), pelatihan pekerja dan perbaikan jaringan pemasaran.
Dari situasi kerja tersebut, para pekerja rentan terkena Nyeri Punggung bagian
Bawah (NPB). Hal ini sependapat dengan Diana Samara (2005) yang menyatakan
bahwa
Low Back Pain berkaitan dengan seringnya mengangkat, membawa,
menarik dan mendorong barang berat, sering atau lamanya membengkokkan
badan, membungkuk, duduk atau berdiri lama atau postur tubuh lain yang tidak
natural. Pendapat lain mengatakan bahwa pada kasus berdiri dalam jangka yang
lama, tubuh hanya bisa mentolerir tetap berdiri dengan satu posisi hanya selama
20 menit. Jika lebih dari batas tersebut, perlahan-lahan elastisitas jaringan akan
berkurang dan akhirnya tekanan otot meningkat dan timbul rasa tidak nyaman
pada daerah punggung (Arnita, 2006).
Pada studi kolaborasi tentang nyeri, WHO mendapatkan hasil bahwa 33%
penduduk di negara berkembang mengalami nyeri persisten. Nyeri ini pada
akhirnya akan berkaitan dengan kondisi depresi, sehingga dapat mengganggu
kualitas hidup dan menurunkan level aktivitas pekerja. Studi ini juga menyatakan
vii
bahwa 40% responden tidak mendapatkan pengobatan yang memuaskan dan 20%
diantaranya mengalami depresi. Dari segi ekonomi, 61% tidak dapat melakukan
pekerjaan di luar rumah dengan baik dan 19% diantaranya harus kehilangan
pekerjaan karena nyeri yang dirasakan. Pernyataan oleh WHO ini di dukung oleh
studi terbaru yang dilakukan oleh Ragozzino et al. (2012) memberikan gambaran
distribusi anatomi dari neuralgia. 56% terjadi di regio throrax, 13% di bagian
wajah, 13% di regio lumbal, dan 11% di regio servikal.
Setyawan (2008) menyebutkan sekitar 90% dari seluruh kasus Low Back Pain
disebabkan oleh faktor mekanik, yaitu Low Back Pain pada struktur anatomi
normal yang digunakan secara berlebihan atau akibat sekunder dari trauma atau
deformitas, yang menimbulkan stress atau
strain pada otot, tendon dan ligamen.
Selain itu, dari segi anatomi dan fungsional, Low Back Pain juga dapat
disebabkan karena adanya kelainan pada
spine (ruas tulang belakang), dimana
spine merupakan struktur penyangga tubuh dan kepala yang selalu terlibat dalam
berbagai sikap tubuh dan gerakan sehingga mudah sekali mengalami gangguan.
Low Back Pain juga dapat disebabkan duduk terlalu lama, duduk yang salah, dan
mengangkat beban yang berat dengan posisi salah. Indikator pengukuran akan
menggunakan
Pain Scale dengan jenis Visual Analog Scale dan didampingi
dengan Pain Assessment Scale dan kuisioner yang telah diterbitkan WHO tahun
2010. Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan jumlah sampel tiap
kelompok adalah sebanyak 30 orang. Sehingga jumlah total sampel adalah 60
orang. Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil bahwa memang terdapat
pengaruh posisi kerja terhadap kejadian
Low Back Pain dengan nilai X
hitung
sebesar 8,480. Dan jika dibandingkan posisi kerja berdiri maupun duduk, samasama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian
Low Back Pain.
Perbandingan secara lebih rinci adalah posisi kerja duduk lebih tinggi
pengaruhnya dibanding dengan posisi kerja berdiri, hal itu dapat dibuktikan
dengan hasil hitung pada posisi kerja duduk lebih tinggi yaitu 14,267
dibandingkan dengan posisi kerja berdiri yaitu 13,467.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]