PENGARUH SARI KEDELAI SEBAGAI PENGHAMBAT PROLIFERASI SEL PADA KANKER HEPAR TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI 7,12-Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA)
Abstract
Kanker merupakan salah satu jenis penyakit ganas yang telah ada di
sekitar kita. Selama ini penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang
sangat ditakuti oleh sebagian besar masyarakat dunia. Upaya-upaya pencegahan
untuk penyakit kanker sudah dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk terapi
kanker seperti dengan pembedahan, radiasi, maupun kemoterapi. Penemuan suatu
agen pencegah kanker yang berasal dari alam kian diminati oleh masyarakat
karena bahan alam tidak berbahaya bagi tubuh mengingat terapi kanker yang ada
selama ini memiliki efek samping yang sangat berbahaya terhadap tubuh kita.
Untuk itu diperlukan suatu usaha dalam rangka menggali potensi alam sebagai
agen preventif. Salah satu tanaman yang dipercaya dapat mencegah sekaligus
menghambat proliferasi dari sel kanker adalah kedelai.
Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati utama bagi masyarakat
Indonesia yang mengandung berbagai macam gizi yang diperlukan oleh tubuh.
Kedelai juga mengandung suatu isoflavon yaitu suatu senyawa fitoestrogen yang
memiliki aktivitas sebagai agen preventif. Tingginya kandungan isoflavon dalam
kedelai dapat menjadi dasar pemanfaatan sari kedelai sebagai pencegah kanker
hepar. Penghambatan sel kanker oleh isoflavon dicapai melalui mekanisme
perbaikan regulasi siklus sel yang menyebabkan proliferasi gen abnormal
menurun. Secara in vitro, sari kedelai terbukti dapat menghambat proses
karsinogenesis (Pawiharsono, 2008). Berdasarkan hal tersebut, kedelai berpotensi
sebagai agen preventif baru termasuk untuk kanker hepar, maka dilakukan
penelitian ilmiah lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh sari kedelai terhadap
gambaran proliferasi sel pada kanker hepar tikus wistar yang diinduksi 7,12Dimetilbenz(a)antrasen
(DMBA)
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
eksperimental laboratoris (Pratiknya, 2003) dengan rancangan penelitian yang
digunakan adalah post test only control group design. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah simple random sampling dengan 2
kelompok kontrol, yaitu kontrol negatif (pemberian pur dan aquadest) dan kontrol
positif (pemberian DMBA) serta 3 kelompok perlakuan, yaitu P
(pemberian
DMBA dan sari kedelai dosis 5mg/hari, P
(Pemberian DMBA dan sari kedelai
dosis 10 mg/hari), dan P
3
ix
2
(Pemberian DMBA dan sari kedelai dosis 20 mg/hari).
Setiap kelompok perlakuan dilakukan pemeriksaan histopatologi
menggunakan pewarnaan imunohistokimia dengan metode PCNA (Proliferating
Cell Nuclear Antigen) pada mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 kali. Hasil
dari pemeriksaan didapatkan rerata gambaran proliferasi sel hepar tikus masingmasing
kelompok adalah K
(-)
= 23,00, K
(+)
= 49,00 P
1
= 39,20, P
=
26,20. Terdapat penurunan proliferasi sel pada kelompok P
seiring dengan dosis
pemberian sari kedelai yang tertinggi. Analisis data meggunakan one way
ANOVA dan diperoleh perbedaan rerata proliferasi sel pada kanker hepar pada 5
kelompok, sehingga perlu dilakukan uji lanjutan dengan analisis Post Hoc
menggunakan tes Tukey HSD untuk mengetahui kelompok mana saja yang
mempunyai perbedaan proliferasi.
3
Pada uji Post Hoc didapatkan nilai signifikansi yang tidak bermakna antara
K(-) dan P2, P3, antara P1 dan K(+), P2, serta antara P2 dan P3. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa gambaran proliferasi sel pada kanker hepar memiliki
persamaan gambaran proliferasi. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa kelompok
P1 sudah mampu menurunkan proliferasi, namun dosis 5 mg/hari belum dapat
digunakan sebagai dosis yang dapat menurunkan angka proliferasi secara optimal.
Hasil uji Post Hoc kelompok P2 dan P3 sudah memiliki gambaran proliferasi
yang sama dengan kontrol negatif. Dari hasil rerata jumlah penurunan proliferasi
sel, P3 (20 mg/hari) merupakan dosis yang mampu menurunkan angka proliferasi
sel yang optimal.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]