PENANDA IMPERATIF BAHASA MADURA DI KABUPATEN SUMENEP
Abstract
Bahasa Madura merupakan bahasa daerah yang tergolong bahasa besar sehingga perlu dilakukan penelitian tentang fenomena kebahasaannya. Hal ini karena kajian tentang bahasa Madura masih minim dan belum tuntas dalam mendeskripsikan keunikannya. Salah satu kajian bahasa Madura yang belum diungkap secara tuntas adalah fenomena penanda imperatif.
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk konstituen yang dapat menjadi penanda imperatif dan perilaku linguistiknya, meliputi ciri morfologis, ciri sintaksis, dan ciri semantisnya dalam bahasa Madura di Kabupaten Sumenep. Penentuan wilayah penelitian ini dikarenakan bahwa bahasa Madura di Kabupaten Sumenep merupakan bahasa Madura standar yang digunakan sebagai pengantar pengajaran dan pendidikan bahasa Madura serta kesusastraan Madura. Dengan demikian, data yang disediakan berasal dari daerah tersebut dengan cara wawancara yang dilengkapi metode simak. Data tersebut diseleksi, diklasifikasi, dan ditabulasi, kemudian dianalisis dengan metode distribusional.
Hasil analisis bentuk-bentuk konstituen yang dapat menjadi penanda imperatif dan perilaku linguistiknya adalah sebagai berikut. Berdasarkan jenis morfemnya penanda imperatif BM berupa morfem bebas dan morfem terikat. Penanda imperatif yang berupa morfem bebas adalah verba pangkal, sedangkan morfem terikat berupa afiks, yakni prefiks {ka-}, {pa-}, sufiks {-é}, {-aghi}, konfiks {ka-é}, {ka-aghi}, {pa-an}, {pa-é}, dan {pa-aghi}, serta reduplikasi baik berbentuk dasar verba pangkal maupun berbentuk dasar verba asal.
Verba pangkal secara semantik menyatakan imperatif dalam konstruksi sintaksis sehingga tidak gramatikal dalam konstruksi deklaratif atau pun interogatif. Penanda imperatif afiks dan reduplikasi selalu mengalami proses
viii
9
morfologis yang berfungsi membentuk verba imperatif dan selalu dituturkan dalam kalimat aktif sehingga dikategorikan sebagai verba antipasif.
Prefiks {ka-} berfungsi membentuk verba transitif bernosi imperatif “gunakanlah untuk...” ketika melekat pada verba pangkal, verba kompleks berkonfiks {a-é}, dan pada nomina (alat, pakaian, bahan). Prefiks {pa-} berfungsi membentuk verba intransitif jika melekat pada verba (pangkal, asal), ajektiva, nomina (alat, bahan, pakaian, tempat, waktu), numeralia, dan pada preposisi majemuk—pada verba kompleks berprefiks {a-}, {N-},{ta-}, dan berinfiks {-al-} membentuk verba transitif; dengan nosi imperatif kausatif
Sufiks {-é} berfungsi membentuk verba transitif bernosi imperatif lokatif jika melekat pada verba (pangkal, asal), ajektiva, dan pada nomina (alat, bahan, pakaian). Sufiks {-aghi} berfungsi membentuk verba transitif bernosi imperatif benefaktif jika melekat pada verba (pangkal, kompleks berprefiks {N-}) dan pada nomina (alat, pakaian)—pada verba asal membentuk verba transitif bernosi imperatif refleksif
Konfiks {ka-é} berfungsi membentuk verba transitif bernosi imperatif lokatif jika melekat pada verba asal, dan pada numeralia. Konfiks {ka-aghi} berfungsi membentuk verba transitif bernosi imperatif benefaktif jika melekat pada verba pangkal dan pada nomina (alat, bahan, pakaian). Konfiks {pa-an} berfungsi membentuk verba intransitif bernosi imperatif komparatif jika melekat pada veba asal, ajektiva, nomina waktu, numeralia, dan pada preposisi majemuk. Konfiks {pa-é} berfungsi membentuk verba intransitif bernosi imperatif komparatif jika melekat pada verba asal, ajektiva dan pada nomina waktu—pada verba kompleks berprefiks {N-} dan pada nomina penggolong membentuk verba transitif bernosi imperatif lokatif. Konfiks {pa-aghi} berfungsi membentuk verba intransitif jika melekat pada verba (pangkal, asal), ajektiva, nomina (alat, pakaian), numeralia, dan pada preposisi majemuk—pada verba kompleks {N-} membentuk verba transitif; dengan nosi imperatif benefaktif
Reduplikasi berbentuk dasar verba pangkal berfungsi membentuk verba transitif dengan nosi imperatif kualitas. Reduplikasi berbentuk dasar verba asal berfungsi membentuk verba intransitif dengan nosi imperatif kualitas.