PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata) SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR TERHADAP BILIRUBIN TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL
Abstract
Parasetamol tergolong obat bebas yang digunakan secara meluas di
masyarakat sebagai penghilang nyeri (analgesik) dan penurun panas (antipiretik).
Penggunaan parasetamol dalam dosis berlebih dapat menyebabkan kerusakan hati
yang akhirnya dapat menyebabkan kematian. Mekanisme toksisitas parasetamol
diperantarai oleh suatu metabolit reaktif yaitu NAPQI (N-asetil-p-benzoquinone
imine). Selain parasetamol ada zat-zat kimia yang bersifat oksidan dan dapat
menyebabkan kerusakan pada hepar, yakni karbon tetra khlorida (CCl4). Kerusakan
sel hepar pada kasus ini terjadi karena serangan radikal bebas (oksidan) pada asam
lemak tak jenuh pada fosfolipid membran. Reaksi oksidasi ini bersifat otokatalitik,
sehingga dalam waktu yang relatif singkat terjadi kerusakan sel hepar yang berat.
Sambiloto merupakan tanaman obat yang memiliki efek antioksidan dan mampu
meningkatkan pertahanan tubuh. Pada penelitian ini kandungan ekstrak daun
sambiloto yang diduga memiliki efek antioksidan adalah andrographolide. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek proteksi terhadap radikal bebas
dengan parameter penurunan kadar bilirubin tikus yang diinduksi parasetamol dosis
toksik.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Post Test Only Control Group
Design. Sebanyak 42 ekor tikus wistar jantan dibagi menjadi 6 kelompok diantaranya
3 kelompok kontrol (kelompok kontrol negatif, kontrol positif dan kelompok kontrol)
dan 3 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol diberi CMC Na 1%, kelompok kontrol
negatif diberikan CMC Na 1% selama 10 hari dan parasetamol dosis toksik (tunggal
vii
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
=1350mg/kgBB) pada hari ke-8, dan kelompok kontrol positif diberi obat
pembanding Curliv selama 10 hari dan parasetamol dosis toksik (tunggal =
1350mg/kgBB) pada hari ke-8. Pada kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol daun
sambiloto pada berbagai dosis yaitu dosis 250mg/kgBB; 500 mg/kgBB; dan 1000
mg/kgBB selama 10 hari dan diberikan parasetamol dosis toksik 1350 mg/kgBB pada
hari ke-8. Pada hari ke-10 seluruh tikus dianestesi dengan kloroform, dan diambil
darahnya untuk diukur kadar bilirubinnya. Selanjutnya untuk membandingkan antara
kelompok kontrol dan perlakuan digunakan uji Kruskall Wallis dilanjutkan dengan
analisis menggunakan Mann-Whitney test untuk mengetahui adanya perbedaan secara
signifikan diantara kelompok uji.
Hasil uji Kruskall Wallis yang diteruskan dengan Mann-Whitney test
menunjukan bahwa antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan
pemberian dosis ekstrak etanol daun sambiloto 250, 500 dan 1000 mg/KgBB
menunjukan nilai kadar bilirubin yang berbeda dimana kelompok kontrol yang diberi
ekstrak etanol daun sambiloto mengalami penurunan kadar bilirubin baik direct
maupun indirect dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberi parasetamol dosis
toksik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dari
tiga dosis pemberian ekstrak etanol daun sambiloto yaitu dosis 250, 500, dan 1000
mg/KgBB mampu menurunkan kadar bilirubin dan memiliki nilai yang tidak berbeda
signifikan dengan kelompok obat pembanding
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1399]