RESPONS TIGA KELOMPOK PETANI TEMBAKAU DI JEMBER TERHADAP SOSIALISASI PEMANFAATAN CACING MERAH DAN Pseudomonas aeroginusa UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN TEMBAKAU TERHADAP CUCUMBER MOSAIC VIRUS
Abstract
Tembakau cerutu (Na Oogst) merupakan salah satu produk pertanian yang
menjadi andalan Pemerintah Daerah Kabupaten Jember, dan menjadi salah satu
komoditas ekspor unggulan. Salah satu kendala bertani tembakau yaitu
menurunnya kuantitas dan kualitas yang disebabkan oleh Cucumber mosaic virus
(CMV). Daun yang menunjukkan gejala terserang CMV akan menurunkan
kualitas dan harga pada tembakau Na Oogst. CMV pada tembakau Na Oogst
menyebabkan tebal daun tidak merata, lebar daun berkurang, dan daun kerosok
tidak elastis, warna tidak merata, dan mudah robek.
Sosialisasi pemanfaatan cacing merah dan P. aeroginusa untuk
meningkatkan ketahanan tembakau terhadap CMV belum ernah dilakukan
penelitian. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini ialah 1) mengetahui pemahaman
petani tembakau di Jember tentang a) penyebaran penyakit CMV, b) kerugian
akibat infeksi CMV, c) pengendalian hama dan penyebab penyakit yang
menyerang tembakau, dan 2) mengetahui respons petani tembakau di Jember
tentang sosialisasi pemanfaatan cacing merah dan P. aeroginusa untuk
meningkatkan ketahanan tembakau terhadap infeksi CMV.
Penelitian tentang respons petani pada pemanfaatan cacing merah dan P.
aeroginusa untuk meningkatkan ketahanan tembakau terhadap CMV dilakukan
dengan memberikan tiga kuisioner kepada semua anggota kelompok tani
tembakau yang berasal dari tiga kelompok tani di Jember yang terdiri dari
kelompok tani Rukun Tani Antirogo, Rukun Tani Tegalgede dan Nikmat Tani
Mumbulsari. Kuisioner dibagi menjadi tiga, pertama tentang cara bercocok tanam
dan pemeliharaan tembakau, kedua tentang pemahaman petani terhadap
organisme pengganggu tanaman tembakau terutama penyakit yang disebabkan
virus dan cara-cara pengendaliannya, dan ketiga tentang tanggapan petani
tembakau terhadap pemanfaatan cacing merah dan P. aeroginusa untuk
mengendalikan penyakit CMV. Masing-masing hasil kuisioner pertama dan kedua
dibandingkan sehingga menjadi data ordinal dua sampel yang saling berhubungan
dan dianalisis dengan uji Korelasi Rank Spearman. Hasil kuisioner ketiga tentang
respons petani tembakau terhadap demoplot pemanfaatan cacing merah dan
P. aeroginusa untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman serta untuk
mengendalikan penyakit dengan usaha pengendalian penyakit CMV dianalisis
dengan uji Friedman.
Pemahaman 3 kelompok tani tembakau tentang penyakit virus yang
menyerang tembakau masih kurang terutama penyakit CMV. Hal ini
menyebabkan petani kurang paham akan kerugian yang ditimbulkan oleh serangan CMV pada tembakau. Anggota ketiga kelompok tani pada umumnya
paham akan cacing merah dan manfaatnya dalam bidang pertanian, akan tetapi di
antara mereka banyak yang belum pernah mendengar dan manfaatnya sebagai
agen pengendali hayati penyakit-penyakit virus atau oleh patogen lain. Sebagian
besar anggota kelompok tani tembakau ternyata masih belum paham pemanfaatan
P. aeroginusa untuk mengendalikan penyakit CMV.
Pengalaman berusahatani tembakau yang masih kurang menyebabkan
petani ketiga anggota sampel kelompok petani tembakau mengeluarkan biaya
yang cukup besar dengan keuntungan yang sulit diprediksi. Keuntungan
kelompok tani tembakau Nikmat Tani Mumbulsari musim tanam 2003 yang
diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh
kelompok tani Rukun Tani Tegalgede dan Rukun Tani Antirogo karena perbedaan
kultivar, luas lahan, dan besarnya modal yang dimiliki anggota kelompok tani.
Pemahaman yang kurang terutama cara penularan dari tanaman sakit ke
tanaman sehat dan gejala penyakit virus pada tanaman tembakau (TMV dan
CMV) menyebabkan anggota kelompok tembakau tersebut kesulitan untuk
menemukan alternatif pengendalian penyakit CMV pada tembakau. Hal tersebut
dimungkinkan karena anggota kelompok petani kurang aktif dalam kelompok
tani.
Ketiga anggota kelompok tani sampel paham materi demoplot dan tertarik
memanfaatkan cacing merah dan P. aeroginusa untuk mengendalikan CMV pada
tembakau karena petani menganggap cacing merah dan P. aeroginusa berhasil
untuk mengendalikan penyakit CMV. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat
keparahan penyakit CMV pada tembakau yang diintroduksi dengan P. aeroginusa
lebih rendah dari pada tembakau tanpa introduksi P. aeroginusa. Keparahan
penyakit CMV pada petak yang diintroduksi cacing dan bakteri rendah, yaitu
mencapai 16,67%, sedangkan pada petak tanpa cacing dan bakteri, keparahan
penyakit CMV tinggi, mencapai 53,33%. Insiden penyakit CMV pada lahan
demoplot yang diintroduksi cacing merah dan P. aeroginusa tetap tinggi, tidak
memepengaruhi berat basah daun tembakau, tinggi tanaman dan jumlah daun pada
batang utama.
Sosialisasi pemanfaatan cacing merah dan P. aeroginusa untuk
meningkatkan ketahanan tembakau terhadap penyakit CMV berhasil dilakukan.
Hal ini dibuktikan dengan respons petani yang tertarik memanfaatkan cacing
merah dan P. aeroginusa karena terbukti mampu menurunkan keparahan penyakit
CMV setelah dilakukan demoplot.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]