TINGKAT KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTERAN, DAN POWER HOUSE DI PG SEMBORO PT PERKEBUNAN NUSANTARA XI, KABUPATEN JEMBER
Abstract
Pabrik Gula Semboro merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada
perkebunan tebu dan industri gula. Untuk menunjang proses produksi guna
memenuhi tuntutan peningkatan produktivitas gula maka Pabrik Gula Semboro
beroperasi selama 24 jam dalam waktu kurang lebih 6 bulan. Dalam proses
produksinya perusahaan menggunakan mesin dengan daya dan kapasitas yang besar.
Dengan adanya mesin tersebut dalam pengoperasiannya melibatkan banyak tenaga
kerja seperti pada stasiun masakan dan stasiun puteran dalam produksi gula. Salah
satu dampak dari penggunaan mesin tersebut menyebabkan kebisingan pada
lingkungan kerja.
Kebisingan merupakan proses terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
termasuk bunyi yang tidak beraturan dan bunyi yang dikeluarkan oleh industri.
Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai di
lingkungan kerja. Sehingga dalam jangka waktu pendek mengakibatkan turunnya
produktivitas pekerja. Sedangkan dalam jangka waktu panjang dapat mengganggu
dan membahayakan konsentrasi kerja, menurun hingga merusak alat pendengaran.
Dengan adanya kebisingan yang terjadi di lingkungan kerja khususnya di PG
Semboro maka perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan aspek K3 dalam
industri untuk mengetahui berapa tingkat intensitas kebisingan dan batas waktu
maksimal berada di lingkungan kerja sesuai dengan standar ketenagakerjaan. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk meneliti hal tersebut dengan metode pemetaan
kebisingan yang ada di Pabrik Gula Semboro yang meliputi stasiun masakan, stasiun
putaran, dan Power house.
Penelitian ini dilakukan di PG Semboro PT Perkebunan Nusantara XI,
Kabupaten Jember. Adapun waktu pelaksanaannya dimulai pada bulan September
2012. Pengukuran Kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat ukur Sound Level
Meter dan pengolahan data kebisingan dengan membuat peta kontur menggunakan
software surfer 9. Dari hasil pengolahan data dapat diperoleh peta kontur pola
penyebaran tingkat intensitas kebisingan pada daerah penelitian.
Peta kontur yang dihasilkan menggambarkan tingkat intensitas kebisingan
yang diwakili oleh pencitraan warna yang berbeda-beda. Setelah dilakukan analisis
data yang didapatkan pada masing–masing stasiun ternyata tingkat intensitas
kebisingan rata–rata melebihi 85 dB (A) yang menyebabkan lokasi tersebut
dikategorikan sebagai daerah dengan tingkat intensitas kebisingan yang tinggi
dengan kata lain tidak memenuhi standar keamanan untuk tenaga kerja yang bekerja
selama maksimal 8 jam perhari. Dengan kondisi tersebut perlu upaya pengendalian
lebih lanjut pada sumber bising (alat yang rusak atau menimbulkan bising yang
tinggi) media yang dilalui sumber bising, pembenahan tempat kerja terhadap jarak
sumber bising, dan pekerja diwajibkan untuk menggunakan alat pelindung telinga
(APT) yang layak, serta membuat cerobong pada pabrik dan memberikan bahan
peredam kebisingan pada dinding-dinding ruangan dan lantai untuk mengurangi
intensitas kebisingan yang terjadi, terutama untuk Stasiun Masakan dan Puteran yang
terdapat banyak karyawan.