EKSISTENSI KULTURAL DAN POLITIK KASNI GUNOPATI (MBAH WO KUCING) DI PONOROGO TAHUN 1995-2005
Abstract
Kabupaten Ponorogo mengalami perkembangan di bidang kultural pada masa
pemerintahan Bupati Markoem Singodimedjo pada tahun 1995-2005. Misi utama dari
Markoem dalam mengembangkan Kabupaten Ponorogo terutama adalah di bidang
pariwisata. Markoem beranggapan bahwa kondisi kultural masyarakat Ponorogo yang
identik dengan kesenian reog mampu menunjang proses kreativitas masyarakat, dan
secara tidak langsung turut berperan dalam perkembangan ekonomi Kabupaten
Ponorogo. Langkah yang ditempuh Markoem untuk menjadikan kesenian reog
sebagai komoditas ekonomi masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Ponorogo adalah
dengan cara mengembangkan potensi pariwisata yang ada di Ponorogo. Identiknya
Ponorogo dengan kesenian reog membuat Markoem menggunakan kesenian reog
untuk menarik para wisatawan baik lokal ataupun mancanegara.
Keterbatasan dalam mendalami kesenian reog secara praktikal, filosofi, serta
dinamika di dalamnya, mendorong Markoem untuk melibatkan para seniman dan
sesepuh Ponorogo dalam merealisasikan keinginannya tersebut. Markoem
mengakomodir para seniman dan sesepuh Ponorogo dalam berbagai forum serta
organisasi-organisasi yang berkaitan dengan kesenian reog dengan tujuan menggelar
berbagai even kultural yang bertujuan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan.
Kasni Gunopati adalah salah satu sesepuh yang selalu terlibat dalam berbagai
perumusan yang digagas oleh Markoem. Seringnya kedua orang tersebut
berkomunikasi secara intensif,memunculkan kedekatan hubungan diantaranya, yang
sekaligus masing-masing mempunyai kepentingan. Keuntungan yang diperoleh Kasni
Gunopati akibat kedekatannya dengan Markoem adalah terlegitimasinya posisi Kasni
Gunopati di masyarakat, sehingga pada akhirnya masyarakat lokal maupun luar
Ponorogo beranggapan bahwa Kasni Gunopati adalah satu-satunya warok, seniman,
serta sesepuh Ponorogo yang paling mengerti tentang apa pun yang berkaitan dengan
kesenian reog.