BUKU POLITIK SANTUN DALAM KARTUN KARYA MUHAMMAD MICE MISRAD: KAJIAN SEMANTIK DAN PRAGMATIK
Abstract
Penelitian ini digunakan tiga tahap penelitian. Pertama tahap penyediaan
data, metode simak digunakan untuk mendapatkan data primer yang berupa bahasa kartun
politik, teknik sadap sebagai teknik dasarnya, teknik simak bebas libat cakap (SBLC), dan
teknik catat sebagai teknik lanjutan. Metode cakap dengan kuesioner yang bersifat
terbuka dan tertutup digunakan untuk mendapatkan data sekunder, untuk memperoleh
pandangan masyarakat tentang fungsi kartun politik. Kedua tahap analisis data, metode
padan referensial digunakan untuk menentukan makna eksplisit dan metode pragmatis
digunakan untuk menentukan makna implisit, strategi menyindir, dan fungsi kartun
politik sebagai sarana kontrol sosial. Tahap penyajian hasil analisis data dilakukan dengan
menggunakan metode formal dan informal.
Dari hasil penelitian, diperoleh deskripsi makna eksplisit dan implisit, strategi
menyindir, dan fungsi kartun politik sebagai sarana kontrol sosial pada buku Politik
Santun dalam Kartun karya Muhammad Mice Misrad. Makna eksplisit bahasa kartun
politik merupakan makna tidak terikat konteks, sedangkan makna implisit merupakan
makna terikat konteks. Makna implisit pada kartun politik mengandung unsur sindiran,
kritikan, pesan moral, dan informasi. Contohnya sebagai berikut, tuturan “Berdamailah
kalian. Karena musuh sebenarnya dan nyata, adalah dia!” yang dituturkan oleh seorang
pria kepada kedua belah pihak yang berseteru dengan menunjuk tokoh tikus berbadan
gendut. Makna eksplisit pada tuturan tersebut yaitu „ajakan untuk berdamai kepada pihak
yang berseteru. Musuh sebenarnya yang harus diberantas adalah orang yang ditunjuk
penutur‟. Tuturan tersebut memiliki makna impilsit „peringatan jika bentrokan yang
terjadi sebenarnya tidak perlu terjadi, Musuh nyata dan perlu diperangi adalah korupsi‟.
Makna implisit pada tuturan tersebut memiliki pesan moral.
Strategi menyindir pada kartun politik menggunakan gaya bahasa. Gaya bahasa
yang digunakan yaitu gaya bahasa alusio dan gaya bahasa sinisme. Contohnya sebagai
berikut, tuturan “Darurat Sea Games ni, Pak...? biasanya sih Kebakaran Jenggot...”
menggunakan gaya bahasa alusio yaitu gaya bahasa mengias dengan mempergunakan
ungkapan kebakaran jenggot yang memiliki arti bingung tidak keruan. Sebagai sarana
kontrol sosial kartun politik memiliki fungsi yang bertujuan untuk mendidik masyarakat
pembaca dan mengajak masyarkat pembaca agar mematuhi nilai sosial yang berlaku.
Berdasarkan hasil kuesioner dapat diketahui pandangan masyarakat terhadap
kartun politik. Kartun politik menurut masyarakat merupakan gambar sindiran, gambar
kritik, ruang penyampaian aspirasi, gambar penyampaian informasi, dan gambar humor
yang mengandung pesan moral.