PENGARUH EKSTRAK BATANG BROTOWALI (Tinospora crispa (L) Miers) TERHADAP DEMAM TYPHOID PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.)
Abstract
Demam typhoid adalah penyakit yang umum di Indonesia. Penyakit ini
merupakan penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang sehingga dapat
menimbulkan wabah. Jumlah penduduk dunia yang menderita demam typhoid setiap
tahunnya bisa mencapai sekitar 15-30 juta dan 600.000 di antaranya meninggal. Di
Indonesia, insiden demam typhoid berkisar antara 350-810 orang per 100.000
penduduk per tahun dengan angka kematian sekitar 2% (Hadi U, 2005). Dapat
dikatakan demam typhoid karena merupakan penyakit sistemik akut akibat infeksi
Salmonella typhi, termasuk famili entrobacteriuaceae (kuman enterik batang negatif)
dan bersifat anaerob fakultatif atau aerob, tidak berspora, intraseluler fakultatif. Salah
satu tanaman yang mengandung efek antimikroba terhadap Salmonella typhi adalah
Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers), yang mengandung senyawa pikoretin,
berberin, dan palmatin, yang termasuk senyawa golongan alkaloid; pikroretosid dan
tinokrisposid yang merupakan suatu senyawa glikosida; serta senyawa triterpenoid.
Batang Brotowali sangat bermanfaat sebagai obat sakit perut, sakit punggung, sakit
pinggang, serta gatal-gatal dan luka yang sulit disembuhkan (Kresnady, 2003).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah ekstrak batang
Brotowali dengan pelarut metanol mampu menurunkan demam typhoid dan untuk
menguji berapakah dosis ekstrak batang Brotowali yang harus diinduksikan ke dalam
tubuh tikus agar efektif dalam menurunkan demam typhoid. Penelitian ini
dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas jember.Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan menggunakan 5
kelompok yaitu kelompok perlakuan induksi ekstrak batang Brotowali dengan pelarut
metanol dosis 250 mg/kg BB; 500 mg/kg BB; 1000 mg/ kg BB; induksi
kloramfenikol, dan induksi akuades. Hasil perolehan data dianalisis dengan Uji
Anova, BNT program SPSS for windows versi 16.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan suhu tubuh dan titer antibodi
dalam darah tikus tiap masing-masing tahap. Pada perlakuan induksi ekstrak batang
Brotowali dengan pelarut metanol dosis 250 mg/kg BB mengalami penurunan suhu
tubuh tikus putih dari 39,07oC menjadi 37,80oC; P2 dengan dosis 500 mg/kg BB
mengalami penurunan suhu tubuh tikus putih dari 38,93oC menjadi 37,50oC; P3
dengan dosis 1000 mg/kg BB mengalami penurunan suhu tubuh tikus putih dari
39,10oC menjadi 37,47oC. Pada kontrol positif juga mengalami penurunan suhu tubuh
tikus putih dari 39,37oC menjadi 37,43 oC; sedangkan pada kontrol negatif suhu tubuh
tikus putih terus mengalami kenaikan dari 37,83 oC hingga mencapai 39,63oC.
Titer antibodi O, pada tahap aklimatisasi seluruh sampel menunjukkan
negatif. Pada tahap infeksi Salmonella typhi, terjadi kenaikan titer yaitu P1, P3, dan
K+ memiliki nilai titer antibodi sebesar 1/20, sedangkan P2 dan K- memiliki nilai
titer antibodi sebesar 1/40. Pada uji widal 3, titer antibodi mengalami penurunan
menjadi negatif pada semua perlakuan, kecuali pada K- meningkat menjadi 1/60.
Antibodi aglutinin yang ada dalam serum penderita muncul karena adanya
rangsangan antigen bakteri (baik antigen O, maupun antigen H).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak batang Brotowali dengan pelarut
metanol mampu menurunkan demam typhoid berupa penurunan suhu dan penurunan
titer antibodi dalam darah. Dosis efektif yang mampu menurunkan gejala demam
typhoid pada ekstrak batang Brotowali dengan pelarut metanol yaitu 250 mg/kg BB.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti berharap diadakan
penelitian lebih lanjut mengenai tanaman Brotowali sebagai obat alternatif penyakit
lainnya, serta dilakukan pelestarian dan budidaya tanaman Brotowali.