KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANIAN ORGANIK TANAMAN KEDELAI (Glicine max (L.) Merill) VARIETAS UNGGUL BALURAN
Abstract
Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia,
baik sebagai bahan makanan, pakan ternak, bahan baku industri dan penyegar,
maupun sebagai komoditas ekspor berupa minyak nabati. Dalam usaha
mengembangkan tanaman kedelai, dijumpai banyak masalah, diantaranya ialah
gangguan hama. Keanekaragaman serangga sangat penting dalam pengelolaan hama
yaitu untuk mewujudkan keseimbangan ekosistem. Ekosistem yang memiliki indeks
diversitas yang tinggi mendorong terjadinya populasi yang stabil. Saat ini sudah
dikenal suatu cara bertani yang tidak merusak ekosistem alami dengan tujuan untuk
menghasilkan produk pertanian yang sehat secara berkesinambungan, ramah
lingkungan dan menghasilkan produk aman konsumsi sesuai tuntutan pasar global
yaitu dengan Penerapan Usaha Tani Non Sintetik (Pertanian Organik).
Keanekaragaman serangga di suatu lahan produksi yang menggunakan sistem
pertanian organik perlu diteliti untuk mengetahui keseimbangan ekosistem di lahan
tersebut. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
keanekaragaman jenis serangga dan densitas populasi serangga pada pertanian
organik tanaman kedelai (Glicine max (L.) Merill) varietas unggul Baluran.
Penelitian ini dilakukan pada lahan dengan ukuran 6 x 4 m, dibagi menjadi 6
petak dengan ukuran 200 x 200 cm
2
. Masing-masing petak ditanami benih kedelai
varietas unggul Baluran dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Pola penentuan sampel
pengambilan yang digunakan adalah pola penentuan acak sederhana atau simple
random sampling. Mekanisme pengambilan sampel serangga dengan metode capturemark-release-recapture.
Untuk mengetahui Indeks Keanekaragaman jenis dihitung
dengan menggunakan persamaan Shannon-Wiever, sedangkan densitas dihitung dengan membagi jumlah individu serangga per luas area, dan untuk mengetahui
dominansi serangga digunakan Indeks Simpson.
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, ditemukan sebanyak 15
jenis yang tergolong kedalam 15 genus. Kelimabelas jenis tersebut adalah Agromiza
sp = 7 ekor, Aphis glicine = 1059 ekor, Crisodiexis sp = 1 ekor, Bemissia tabacci =
1598 ekor, Lamprosema sp = 1 ekor, Riptortus linearis = 54 ekor, Anoplocnemis sp =
9 ekor, Coccinella septempuctata = 15 ekor, Monochillus sexmaculatus = 13 ekor,
Omocestus viridulis = 37 ekor, Tetrix sp = 13 ekor, Gyllus sp 1 = 7 ekor, Gryllus sp 2
= 8 ekor, Acrida sp = 6 ekor, Acrida cinerea cinerea = 46 ekor. Jenis-jenis yang
diperoleh dalam penelitian ini tergolong dalam 11 famili yaitu Agromizidae,
Aphididae, Noctuidae, Phyralidae, Coreidae, Pentatomidae, Coccinellidae, Acrididae,
Tettigonidae, Gryllidae, dan Tetrigidae. Famili tersebut berasal dari 5 Ordo yaitu
Orthoptera, Hemiptera, Hymenoptera, Coleoptera dan Lepidoptera. Nilai Indeks
Keanekaragaman jenis serangga pada pertanian organik tanaman kedelai varietas
unggul Baluran didapatkan 0,46. Nilai ini masih tergolong rendah karena adanya
dominansi jenis tertentu yang jauh lebih besar dibandingkan jenis yang lain.
Kepadatan populasi serangga yang didapatkan yaitu berjumlah 141,65 individu/ m
.
Dari 141,65 individu/ m
2
tersebut Bemissia tabacci memiliki kepadatan yang paling
tinggi yaitu 66,58 individu/ m
2
kemudian diikuti oleh Aphids glicine 44,13 individu/
m
2
. Sedangkan kepadatan yang paling rendah yaitu pada Lamprosema sp dan
Chrysodiexis sp dengan kepadatan masing-masing 0,04 individu/ m
ix
2
.
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Indeks Keanekaragaman
jenis serangga pada pertanian organik tanaman kedelai varietas unggul Baluran
rendah yaitu 0,46, hal ini disebabkan adanya dominansi jenis tertentu yaitu kutu kebul
(Bemissia tabacci) dengan kepadatan yaitu 66,58 individu/ m
2
dan jumlahnya jauh
lebih besar dibandingkan jenis yang lain.
Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember