Hiperkorek dalam Karangan Narasi Ekspositori Siswa Kelas II SMP Negeri 2 Tanggul.
Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh: (1) mengarang merupakan salah satu
keterampilan berbahasa tulis yang kurang dikuasai siswa, (2) pada umumnya siswa
kelas II SMP Negeri 2 Tanggul dalam menulis/menggunakan kata/kalimat banyak
mengalami hiperkorek. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) wujud
hiperkorek yang terdapat pada karangan narasi ekspositori siswa kelas II SMP Negeri
2 Tanggul; (2) wujud hiperkorek yang sering dilakukan siswa kelas II SMP Negeri 2
Tanggul; (3) faktor yang menyebabkan karangan narasi ekspositori siswa kelas II
SMP Negeri 2 Tanggul banyak menimbulkan hiperkorek; dan (4) upaya yang
dilakukan guru untuk meminimalkan atau menghilangkan hiperkorek yang dilakukan
siswa kelas II SMP Negeri 2 Tanggul.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) wujud hiperkorek yang
terdapat pada karangan narasi ekspositori siswa kelas II SMP Negeri 2 Tanggul; (2)
wujud hiperkorek yang sering dilakukan siswa kelas II SMP Negeri 2 Tanggul; (3)
faktor yang menyebabkan karangan narasi ekspositori siswa kelas II SMP Negeri 2
Tanggul banyak menimbulkan hiperkorek; dan (4) upaya yang dilakukan guru untuk
meminimalkan atau menghilangkan hiperkorek yang dilakukan siswa kelas II SMP
Negeri 2 Tanggul.
Rancangan dan jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sasaran pada
penelitian ini adalah siswa kelas II SMP Negeri 2 Tanggul. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif interpretative, yaitu
melalui beberapa tahap: (1) penyeleksian data; (2) mengindentifikasi data; (3)
pengklasifikasian data; dan (4) penjelasan data.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah di dalam karangan narasi
ekspositori siswa banyak mengalami hiperkorek yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman antara pengarang dan pembaca. Kalimat atau kata yang ditulis
pengarang akan mempunyai makna berbeda atau berlebihan akibat hiperkorek.
Saran disampaikan kepada (1) siswa SMP, hendaknya lebih memperhatikan cara
penulisan pilihan kata yang baik dan benar serta lebih banyak berlatih menulis
karangan dan selalu bertanya bila ada materi mengarang atau menulis yang belum
dimengerti atau belum diketahui; (2) mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
xiii
Indonesia, sebagai calon guru hendaknya meneliti lebih mendalam mengenai
hiperkorek khususnya kemampuan menulis agar menjadi guru yang terampil
mengajarkan penulisan kata yang baik dan benar kepada siswanya; (3) guru bahasa
Indonesia, sebaiknya meningkatkan keterampilan berbahasa khususnya keterampilan
menulis karangan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), agar siswa menyukai
materi mengarang, dan memperhatikan penggunaan pilihan kata dalam kalimat, serta
giat berlatih membuat kalimat agar tidak menimbulkan hoperkorek pada
karangannya; dan (4) peneliti selanjutnya, hendaknya lebih mendalami materi
menulis (mengarang) sehingga dapat memperdalam wawasannya untuk mengadakan
penelitian yang sejenis. Dengan demikian, peneliti bisa mempunyai pedoman atau
acuan untuk menghasilkan karya tulis yang penulisannya sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan.