UJI EFEKTIVITAS BIOPESTISIDA BERBENTUK GRANULER DARI BAHAN VERTISOL, ZEOLIT DAN Steinernema carpocapsae Weiser. TERHADAP INTENSITAS SERANGAN HAMA ULAT GRAYAK PADA TANAMAN KEDELAI
Abstract
Pemanfaatan tanah vertisol dan mineral zeolit yang memiliki kemampuan
daya mempertahankan lengas dapat menyerap air yang tinggi belum pernah
dilakukan. Tanah vertisol dan mineral zeolit yang memiliki kelengasan sesuai
dengan ekologi nematoda entomopatogen Steinernema carpocapsae sehingga
dapat hidup pada jangka waktu yang lama untuk mengendalikan ulat grayak pada
tanaman kedelai di lapang. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas
formulasi biopestisida berbentuk granuler dari bahan vertisol, zeolit, dan S.
carpocapsae terhadap hama ulat grayak pada tanaman kedelai.
Penelitian dirancang menggunakan rancangan Petak Terbagi (Split Plot
Design ) dengan dua faktor/perlakuan yaitu: bentuk granuler dan jumlah
granuler/dosis, setiap faktor diulang tiga kali. Pembuatan biopestisida
Entomopatogen formula granuler dilakukan dengan metode droplet yaitu
dicampurkan 100 g vertisol + 100 g zeolit + 150 ml suspensi S. carpocapsae,
selanjutnya diteteskan pada nampan menjadi bentuk granuler dengan ukuran ± 8
mm, dan berat ± 0,3 g. Proses selanjutnya aplikasi pada tanaman kedelai.
Parameter pengamatan dilakukan terhadap pengaruh formula biopestisida
entomopatogen terhadap intensitas serangan hama Spodoptera litura, hasil
produksi tanaman, dan keberadaan hama lain. Analisis dilakukan dengan analisis
varian dan uji jarak kisaran Duncan pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengamatan 63 hari setelah
tanam (hst) intensitas serangan S. litura pada perlakuan granuler tidak dipecah
dengan dosis 5 granula/tanaman lebih tinggi (15,83 %) dibandingkan perlakuan
granuler dipecah pada dosis 5 granula/tanaman yang mencapai 13,33 %. Analisis
sidik ragam menunjukkan bahwa kedua faktor/perlakuan hasilnya tidak berbeda
nyata. Pengamatan terhadap hasil produksi pada jumlah biji total kedelai
xi
menunjukkan bahwa perlakuan formula granuler dipecah lebih banyak (131,63 g)
dibandingkan dengan perlakuan granuler tidak dipecah yang mencapai 129,17 g.
Selama pengamatan tanaman kedelai pada 21 hst sampai dengan 42 hst ditemukan
hama Lamprosema indica, Bemisia tabacci, Aphis glycines, dan Valanga sp.,
sedangkan hama penghisap polong Riptortus linearis keberadaannya muncul
menjelang panen (63 hst).
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4327]