MENDETEKSI REMBESAN LIMBAH SEPTIC TANK DI DALAM TANAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS
Abstract
umlah penduduk di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan air bersih menjadi
meningkat. Sedikitnya persediaan air bersih disebabkan adanya pencemaran air oleh
limbah padat maupun cair. Salah satunya adalah tinja yang banyak mengandung
bakteri patogen penyebab penyakit pencernaan. Bakteri-bakteri dalam air tanah
disebabkan karena adanya rembesan tinja dari tempat pembuangan yang umumnya
disebut dengan septic tank. Jika tinja disimpan dalam waktu yang lama, maka diduga
tinja yang merupakan limbah mengalami rembesan ke dalam tanah. Adanya rembesan
limbah dari septic tank tersebut dapat diidentifikasi dengan menggunakan metode
geolistrik resistivitas. Pada metode ini, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi
melalui dua elektrode arus dan pengukuran beda potensial diukur melalui dua
elektrode potensial sehingga diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan di
bawah titik ukur. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah:
bagaimanakah pola rembesan limbah septic tank yang ditunjukkan dengan distribusi
resistivitas tanah yang dideteksi dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas ?
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pola rembesan limbah septic tank yang ditunjukkan dengan distribusi
resistivitas tanah yang dideteksi dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas.
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di desa Biting, Arjasa, Jember
dan di belakang laboratorium Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Jember. Lokasi di
desa Biting terbagi menjadi 8 lintasan dengan panjang lintasan 11 m dan jarak antar
lintasan 1 m. Sedangkan di P. Fisika terbagi menjadi 8 lintasan, 4 lintasan
viii
membentang dari arah selatan ke utara (lintasan a) dengan panjang lintasan 32 m dan
4 lintasan yang membentang dari arah barat ke timur (lintasan b) dengan panjang 12
m. Lintasan satu dengan yang lain berjarak 3 m.
Penelitian ini menggunakan metode resistivitas mapping dengan konfigurasi
Wenner-Schlumberger. Pengukuran resistivitas meliputi pengukuran arus (I) dan beda
potensial (
∆V) untuk memperoleh nilai resistivitas semu. Pengukuran di desa Biting
dimulai dengan spasi a = 0,5 m. Sedangkan di P. Fisika dimulai dengan spasi a = 2
meter untuk lintasan (a) dan a = 1 m untuk lintasan (b). Nilai resistivitas semu yang
diperoleh selanjutnya diolah dengan software Res2Dinv untuk inversi 2 dimensi
sehingga diperoleh gambar penampang resistivitas tanah yang diteliti yang dicitrakan
dengan warna yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola rembesan limbah dari septic tank
pada lokasi penelitian di desa Biting yang memiliki konstruksi kamar resapan, usia
lebih dari 40 tahun dan jumlah limbah yang tersimpan banyak adalah menyebar ke
seluruh daerah di sekitar septic tank dan cenderung menyebar ke arah selatan dan
timur serta sedikit ke arah barat dengan nilai resistivitas sebesar 8,9 – 21 Ω.m. Hal ini
diduga karena tanah pada arah selatan dan barat memiliki nilai permeabilitas dan
porositas tanah yang lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Selain itu,
topografi yang sedikit miring ke timur juga menyebabkan limbah cenderung
merembes ke arah timur. Sedangkan limbah dari septic tank Pendidikan Fisika yang
memiliki konstruksi masih baik, usia sekitar 13 tahun dan jumlah limbah yang tidak
teratur belum merembes ke dalam tanah. Hal ini terlihat karena septic tank
Pendidikan Fisika memiliki nilai resistivitas yang lebih tinggi dibandingkan daerah
sekitarnya, yaitu sebesar 20,3 – 25,5 Ω.m.